PVMBG
 Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Devy Kamil.
Karangasem, (Metrobali.com) –
Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Devy Kamil ‎mengaku telah membuat pemodelan terhadap kecepatan awan panas dan kerikil yang akan dilontarkan Gunung Agung jika meletus. Dari hasil pemodelan tersebut PVMBG mengeluarkan rekomendasi radius 9 kilometer dengan sektoral 12 kilometer.
“Kita sudah punya modeling untuk mengestimasi berapa jumlah hitungan energi dan volume yang dihasilkan,” kata Devy di Pos Pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Senin 2 Oktober 2017.
‎Menurut Devy, volume awan panas Gunung Sinabung sebanyak 1,5 juta meter kubik. Sementara untuk Gunung Agung dari hasil hitungannya volumenya sebanyak 15 juta meter kubik yang menghasilkan kegempaan di gunung dengan ketinggian 3.142 mdpl tersebut. “Itulah mengapa ke luar angka 9 kilometer radius dengan 12 kilometer sektoral itu hasil dari pemodelan ini,” jelas dia.
Menurut dia, semua yang berkaitan dengan Gunung Agung telah dilakukan perhitungan matematis dan dimodeling. Awan panas, Devy melanjutkan, untuk menjangkau jarak 10 kilometer hanya membutuhkan waktu 2 menit 25 detik.
“Kita bukan ahli nujum. Semua ada modelingnya. Karena untuk menjangkau 10 kilometer itu awan panas hanya butuh waktu 2 menit 25 detik,” ungkapnya. Itulah sebabnya PVMBG mengumumkan status awas lebih cepat agar warga memiliki waktu yang cukup untuk melakukan persiapan.
“Kalau kita bisa lari lebih cepat dari itu tidak apa-apa‎, kita akan umumkan status awas dua jam sebelum meletus, misalnya. Ini kan dalam rangka memitigasi. Kami umumkan jauh hari sebelumnya. Kalau manusia butuh jalan, awan panas kan tidak butuh jalan. Dia bisa menerabas pepohonan dan pemukiman,” katanya.
Ia memaparkan rumus yang digunakan oleh PVMBG untuk menghitung volume material dan kecepatannya. ‎Dari hasil itu, untuk kecepatan batu kerikil sebesar kelereng akan bergerak melintasi tiga kali lapangan bola hanya dalam waktu satu detik saja. “Kerikil itu kecepatannya 300 meter perdetik. Perbandingannya berarti tiga kali lapangan bola dalam satu detik. Makanya dulu rekan kita meninggal hanya karena kerikil sebesar kelereng yang menembus bagian belakang kepalanya,” tutur Devy.
“Makanya, kita tidak mau mengambil risiko untuk masyarakat,” demikian Devy. JAK-MB