sepak bola wanita

Depok (Metrobali.com)-

Setelah lama tidak terdengar gaungnya, sepak bola wanita di Indonesia kini memiliki lagi tim nasional untuk mengikuti kejuaraan di kelas Asia.

Kejuaraan AFF Women 2015 yang akan diselenggarakan di Vietnam menjadi tujuan utama dibentuknya tim nasional wanita oleh pelatih Rully Nere. Rully bersama asisten pelatihnya mengunjungi enam daerah di Indonesia pada bulan Maret lalu untuk menjaring bakat-bakat pesepak bola wanita.

“Saya bersama dengan coach Yopi pada fase pertama telah menemukan 10 orang pemain wanita di Papua untuk melengkapi pencarian awal kami. Berikutnya, giliran coach Papat yang menemukan 15 wanita lainnya di daerah Jakarta, Jawa Timur, Yogyakarta, Bandung, dan Bangka Belitung,” kata pelatih bernama lengkap Rully Rudolf Nere.

Sebanyak 25 pemain terseleksi untuk menjadi skuat wanita. Dari total jumlah tersebut, sepuluh orang berasal dari Papua, sedangkan 15 pemain lagi didatangkan dari Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Namun, seorang di antara mereka tidak bisa mengikuti latihan selama tiga minggu di kamp pelatihan National Youth Training Camp (NYTC) PSSI di Sawangan, Depok, Jawa Barat.

Satu pemain yang seharusnya mengisi posisi sebagai penyerang adalah Serly Wanimbo. Dia batal mengikuti latihan karena bermasalah dengan administrasi identitas seperti paspor, KTP, dan kartu keluarga yang hilang.

Kendati demikian, pelatihan timnas wanita tetap di NYTC PSSI Sawangan, Depok. Tim akan berangkat ke Vietnam dengan 24 pemain.

Skuat Putri Garuda tersebut, antara lain Riska Juliani (Bangka Belitung), Vera Lestari (D.I. Yogyakarta), dan Agustina Kwano (Papua) yang berada di bawah mistar gawang alias kiper.

Di barisan pertahanan diisi oleh Renays Ellin Clousse Bisay (Jawa Timur), Nur Laili (Jawa Timur), Dewi Maysaroh (Jawa Timur), Idea Rifki Agustin (D.I. Yogyakarta), Dwi Aprilani (D.I. Yogyakarta), Raimona Kabak (Papua), Cicilia Anggaria Pratita (Papua), dan Ruth Wamblolo (Papua).

Posisi gelandang ditempati oleh Erma Novela Sabatin (Jawa Timur), Akudiana Tebai (Jawa Timur), Febriana Kusumaningrum (Jawa Timur), Lilla Puspita (Jawa Timur), Ade Mustikiana (Bangka Belitung), Intan Nuraini (DKI Jakarta), Tugiyati (D.I. Yogyakarta), Christina Kaisiri (Papua), Emmy Clarce Valentina Awes (Papua), Marlisye Mandosir (Papua), dan Henny Jigibalom (Papua).

Ujung tombaknya adalah Siti Latipah (Jawa Barat) dan Rulin Aspalek (Papua).

Kendala Pelatihan Pelatih Rully menyebutkan terdapat beberapa masalah yang dihadapi dalam melatih ke-24 anak asuhnya. Pertama, soal kemampuan para pesepak bola wanita yang tidak terasah karena kevakuman selama beberapa tahun.

“Kalau Tim Nasional Indonesia wanita kan sudah vakum tiga atau empat tahun, ini yang jadi masalah,” kata pelatih Rully di kamp pelatihan National Youth Training Centre (NYTC) PSSI Sawangan Depok, Jawa Barat.

Terakhir, Timnas wanita berlaga di kompetisi AFF Women 2013 yang digelar di Myanmar. Para pemain dibentuk satu bulan sebelum pertandingan. Setelah itu, vakum kembali.

Selain itu, yang kedua adalah tidak adanya kompetisi sepak bola untuk wanita di Indonesia. Satu hal ini sangat berpengaruh bagi kemampuan dan perkembangan para pemain.

“Kita tahu mereka tidak punya kompetisi karena di daerah tidak ada kompetisi. Mereka tidak punya jadwal latihan yang rutin. Kalau ada turnamen, baru mereka latihan, ini yang jadi masalah,” kata mantan pemain Persipura Jayapura tersebut.

Jadwal latihan pemain rekrutan Rully Nere dari berbagai daerah tidak seperti para pemain timnas laki-laki yang dipilih dari klub-klub liga teratas dalam kompetisi di Indonesia.

Tentunya, timnas laki-laki selalu berlatih di klub masing-masing untuk bermain dalam kompetisi sebelum bergabung dalam timnas, sedangkan timnas wanita, mereka baru rutin berlatih setiap hari sejak 6 April lalu.

Sependapat dengan pelatih Timnas wanita, pengamat sepak bola Anton Sanjoyo juga mengatakan hal yang sama.

“Sepak bola perempuan tidak punya kompetisi, sulit untuk ‘bicara’ di level internasional kalau kompetisinya enggak ada,” ujar Anton.

Rully tidak menampik akan hal itu. Dia menyatakan anak-anak asuhnya harus mewaspadai semua lawan dalam kompetisi AFF Women 2015. “Saya kira semuanya harus diwaspadai. Semuanya,” kata Rully dengan penekanan pada kata “semuanya”.

Hal itu mengingat, kata Rully, negara-negara lain sudah ada timnas yang setiap ada turnamen mereka ikut. “Mereka juga sudah punya kompetisi sepak bola wanita,” kata mantan Pelatih Timnas U-21 itu.

Yang ketiga, para pemain wanita ini terbiasa bermain futsal selama di daerahnya masing-masing. “Mereka sering bermain futsal. Ini juga masalah buat kita karena kita harus mengubah kebiasaan mereka itu,” kata pelatih berdarah Papua.

Tak ayal, hasil akumulasi tiga perkara yang dihadapi Rully membuat dirinya mesti lebih bersabar dalam melatih skuat Putri Garuda.

Pada minggu pertama masa latihan, Rully membentuk dan memperbaiki kembali dasar-dasar bermain sepak bola untuk anak-anak asuhnya secara individu. Dia juga menggenjot para pemudi ini untuk meningkatkan stamina.

Meski tidak bisa dipungkiri, beberapa pemain mengalami cedera ringan saat awal-awal latihan. “Saya lihat tadi banyak yang mulai cedera karena mereka selama ini tidak biasa. Jadi, kita mulai pelan-pelan membentuk fisik mereka dalam bermain bola saja,” ujar Rully.

Motivasi dan Dukungan Pelatih Rully tidak berharap terlalu tinggi dari anak-anak asuhnya. Persiapan perekrutan yang hanya satu bulan, dan masa latihan tiga pekan sebelum kejuaraan sangat dirasa kurang untuk mempersiapkan hasil maksimal dalam kompetisi AFF Women 2015.

Rully menganggap waktu yang dibutuhkan untuk persiapan ialah tiga hingga sampai enam bulan, terlebih untuk kondisi para pemain yang belum terasah secara rutin.

Terlepas dari itu, bagi Rully keikutsertaan Timnas Wanita Indonesia dalam kejuaraan AFF Women 2015 sudah menjadi hal yang positif.

“Ini adalah satu motivasi, ada timnas yang selama ini vakum kemudian bisa ikut dalam turnamen, ini bisa memotivasi untuk pemain-pemain wanita lainnya, terutama yang di daerah-daerah. Mereka bisa punya target, ‘wah ini ada timnas wanita, maka saya harus lebih giat’, saya kira itu yang penting sekali,” ujar Rully.

Bagi para pemain, kebanggan mereka bisa masuk dalam Timnas Wanita Indonesia membuat kerja kerasnya bakal maksimal.

“Bangga dan ingin mendapatkan hasil yang terbaik,” kata Christina Kaisiri.

Begitu pula, pesepak bola Intan Nuraini. Gelandang asal DKI Jakarta ini yang juga mahasiwsa Universitas Negeri Jakarta berharap dunia sepak bola Indonesia bisa hidup kembali dari tidur lamanya.

“Sekarang kan ada Timnas Wanita U-14 juga, semoga saja dari situ (U-14), dan dari sini juga (AFF Women) bisa ‘dinaikin’ lagi, bisa hidup lagi sepak bola wanitanya,” kata Intan.

Harapan sebenarnya masih ada dari dalam diri mereka, para punggawa wanita sepak bola Indonesia. Mereka yang masih ingin bekerja keras membanggakan negaranya, setidaknya layak mendapat dukungan dari bangsanya ketimbang cercaan. AN-MB