Foto : Pendiri Yayasan Begawan Bradley Gardner (paling kiri) bersama Kepala Dewa Melinggih Kelod, Perwakilan Bupati Gianyar dan BKSDA Bali saat peresmian Pusat Penangkaran dan Pelepasliaran Jalak Bali Yayasan Begawan di Desa Melinggih Kelod, Payangan, Gianyar, Rabu (23/5/2018).  

Gianyar (Metrobali.com)-

Pusat Penangkaran dan Pelepasliaran Jalak Bali Yayasan Begawan telah dibuka secara resmi di Desa Melinggih Kelod, Payangan, Gianyar, Rabu (23/5/2018).  Tempat ini menjadi ruang konservasi dan edukasi Jalak Bali berbasis komunitas dan juga ruang menjadi rekreasi bagi masyarakat dan wisatawan.

Tempat ini diresmikan pendiri Yayasan Bradley dan Debora Gardner bersama perwakilan Bupati  Gianyar dari Dinas Pertanian Bidang Peternakan Ngakan Putu Riadi, perwakilan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali, Kepala Resor BKSDA Gianyar Seksi Konservasi Wilayah II Dewa Made Rupa, dan Kepala Desa Melinggih Kelod I Nyoman Suwardana di Begawan Giri. Turut hadir pula para penangkar dari Desa Melinggih Kelod.

Pusat penangkaran saat ini mempunyai lima puluh tiga ekor Jalak Bali, termasuk delapan pasang dan lima belas ekor anakan dan indukan, delapan ekor Nuri Pelangi Mitchell dan Nuri Pelangi Forsten, dan juga tiga ekor Jalak Putih. Pusat penangkaran ini sekarang sudah terbuka untuk umum. Namun pengunjung dianjurkan untuk menghubungi Yayasan Begawan terlebih dahulu.

Burung Jalak Bali merupakan burung yang populasinya terancam punah. Menurut KepalaResor BKSDA Gianyar Seksi Konserviasi Wilayah II Dewa Made Rupa, hal ini dikarenakan perburuan dan penangkapan burung untuk hewan peliharaan masih  menjadi masalah utama.

Maka dari itu, Yayasan Begawan telah menjalankan program konservasi Jalak Bali sejak tahun 1999 dengan tujuan mengembalikan populasi burung yang terancam punah di alam liar. Yayasan Begawan telah melepasliarkan enam puluh lima ekor Jalak Bali di antara tahun 2006 dan 2007 di Pulau Nusa Penida. Enam belas ekor di Sibang  dari tahun 2010 sampai 2012. Namun banyak burung hilang karena ditangkap oleh pemburu  liar.

Untuk pemantauan burung yang dilepasliarkan, Yayasan Begawan melibatkan komunitas lokal setempat. Komunitas ini mempunyai peran yang sangat penting dalam memerangi kejahatan satwa liar. Masyarakat setempat juga dilibatkan untuk berpartisipasi di kegiatan konservasi burung dimana seringkali menantang dan membutuhkan waktu yang lama.

Seiring dengan berjalannya program konservasi Jalak Bali berbasis  masyarakat di Desa Melinggih Kelod, Payangan, Pusat Penangkaran dan Pelepasliaran (Breeding and Release Centre) Yayasan Begawan sekarang berada di tengah-tengah masyarakat Melinggih Kelod, tepatnya di Banjar Begawan. Yayasan Begawan telah menjalankan program konservasi berbasis masyarakat di Melinggih  Kelod sejak Oktober 2017.

Yayasan memutuskan untuk bermitra bersama masyarakat  setempat untuk memastikan adanya dukungan terhadap pelestarian Jalak Bali, yaitu melalui  pengawasan kolektif dan tindakan tidak menangkap dan/atau menjual burung liar ataupun  yang telah dilepasliarkan, bisa terlaksanakan dengan baik. Para penangkar juga sudah  membuat Asosiasi Penangkar Melinggih Kelod untuk kelancaran program. Melalui program konservasi Jalak Bali, masyarakat setempat dapat mengambil keuntungan melalui ecotourism dan pariwisata.

“Program konservasi berbasis masyarakat dirancang untuk memberikan peluang bisnis kepada masyarakat setempat dan juga untuk mendukung pelestarian maskot Bali yaitu burung Jalak Bali,” kata Pendiri Yayasan Begawan Bradley Gardner dalam sambutannya.

Menanggapi kedatangan burung Jalak Bali di Melinggih Kelod, Kepala Desa Melinggih Kelod I Nyoman Suwardana mengatakan bahwa dengan adanya pusat penangkaran dan program konservasi berbasis masyarakat di Melinggih Kelod, secara langsung dukungan dan  kesadaran dari masyarakat lokal akan ditingkatkan. Hal itu untuk mencapai tujuan bersama melestarikan dan mengembalikan populasi Jalak Bali yang terancam punah.

Yayasan Begawan juga menjalankan beberapa program edukasi di sekolah-sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler di sekitar Payangan, Bali. Program edukasi mempunyai kurikulum yang berfokus kepada konservasi dan lingkungan hidup, dan telah menghasilkan “Duta-Duta Jalak  Bali” atau ambassador-ambassador cilik yang bersemangat untuk melindungi satwa liar yang terancam punah.

Perwakilan Bupati Gianyar dari Dinas Pertanian Bidang Pertenakan Ngakan Putu Riadi mengapresiasi upaya program-program Yayasan Begawan, sehingga dengan adanya berbagai program yang mengenalkan spesies Jalak Bali. “Pusat penangkaran ini menjadi suatu langkah awal untuk kemudian menyebarkan semangat konservasi ke lingkungan masyarakat yang lebih luas,” pungkasnya.

Pewarta : Widana

Editor : Whraspati Radha