Foto: Tokoh masyarakat Karangasem Nyoman Purwa Ngurah Arsana yang juga caleg terpilih untuk DPRD Bali dapil Karangasem dari PDI Perjuangan.

Karangasem (Metrobali.com)-

Masyarakat Karangasem berharap Pilkada Karangasem 2020 ini bisa menghadirkan sosok pemimpin yang benar-benar bisa mengubah daerah ini menjadi lebih maju dan sejahtera.

Ada nada kekecewaan terhadap kemimpinan saat ini yang dianggap sebagian pihak belum mampu berbuat banyak membawa Karangasem keluar dari label “daerah miskin”.

Namun dari sisi peta dan kekuatan politik, Bupati Karangasem saat ini IGA Mas Sumatri yang juga dipastikan kembali maju sebagai calon bupati petahana masih dianggap cukup kuat, termasuk juga dari sisi finansial.

“Maka jika ingin ada perubahan di Karangasem, calon penantang petahana harus juga sama-sama kuat atau bahkan harus lebih kuat dan lebih berani. Jadi harus siap tempur,” kata tokoh masyarakat Karangasem Nyoman Purwa Ngurah Arsana, Rabu (3/7/2019).

Ibaratnya, kata pria yang juga caleg terpilih untuk DPRD Bali dapil Karangasem dari PDI Perjuangan itu, calon bupati lawan tanding Mas Sumatri haruslah orang yang siap “puputan” tapi bukan mengejar jabatan melainkan “all out” untuk mensejahterakan warga Karangasem.

“Kalau tidak punya strategi dan modal finansial kuat jangan mimpi di siang bolong mau jadi calon Bupati Karangasem. Harus all out demi rakyat bukan mengejar jabatan,” tegas Purwa Arsana yang lolos ke DPRD Bali periode 2019-2024 dengan mengantongi 14.054 suara pada Pileg 2019 ini.

Maka ia menegaskan calon bupati lawan tanding petahana juga harus siap dari sisi finansial atau biaya politik. Jangan sampai ngos-ngosan di tengah jalan. “Ibaratnya, logistik harus siap selalu,” kata mantan Wakil Ketua DPRD Bali periode 2004-2009 dari PKPB ini.

Berpotensi Jadi Pilkada Paling Mahal

Di siai lain Pilkada Karangasem tahun 2020 tampaknya akan menjadi pesta demokrasi yang menyedot perhatian di Bali. Label Pilkada “super mahal” dinilai akan tersemat pada pesta demokrasi lima tahunan untuk memilih pemimpin di “Bumi Lahar” ini.

“Pilkada Karangasem bisa saja jadi Pilkada paling mahal se-Indonesia,” kata Purwa Arsana memprediksi.

Isu yang beredar pada Pilkada Karangasem tahun 2015 lalu, dalam pemilihan Bupati dan Wakil Karangasem ini biaya politik kandidat bisa mencapai puluhan miliar rupiah hingga mendekati 100 miliar rupiah. Tentu yang terpilih saat itu yakni IGA Mas Sumatri dan I Wayan Artha Dipha (Masdipa) dinilai yang paling jor-joran.

“Jadi sejak tahun 2015 Pilkada Karangasem mulai mahal. Tahun 2020 bisa lebih mahal lagi,” kata Purwa Arsana, kader PDI P yang dikenal totalitas dalam memperjuangkan kepentingan daerahnya ini.

Untuk itulah Purwa Arsana memprediksi Pilkada Karangasem akan menjadi salah satu Pilkada yang berbiaya politik tinggi (high cost). Apalagi jika petahana kembali mencalonkan diri dan kemudian mendapatkan penantang atau lawan tanding yang sepadan khususnya juga dari sisi finansial maupun kapabilitas dan kapasitas untuk menjadi Bupati Karangasem yang baru.

“Kalau Bukan Mas dapat musuh sepadan perputaran uang bisa mencapai Rp 100 miliar bahkan hingga Rp 150 miliar,” katanya memprediksi.

Untuk itulah Purwa Arsana mengingatkan calon penantang petahana harus punya finansial kuat selain memang niat mulia membangun dan memajukan Karangasem.

“Jadi Buk Mas jangan dianggap lemah. Dimana-mana orang bilang petahana pasti kuat dari sisi apapun. Jadi harus perhitungkan kekuatan lawan,” katanya.

“Calon yang tidak punya finansial kuat jangan coba bermimpi lawan Buk Mas. Kalau lawan Buk Mas harus lebih ‘emas’ dari Buk Mas, harus seperti berlian dan brilian,” tegas Purwa Arsana. (wid)