PU Buleleng Tidak Mau Membantu Jembatan Patah Yang Tidak Jauh Dari Kantor Bupati Buleleng

Anak Sekolah Dasar sedang melinats di atas Jembatan Patah

Buleleng (Merobali.com)-
Ungkapan Kepala Dinas Pekerjaan Umum (Kadis PU) Kabupaten Buleleng, Ir. Nyoman Gede Suryawan yang tidak berkenan untuk membantu perbaikan jembatan darurat dalam kondisi patah dan rusak berat di Dusun Delod Margi, Desa Sari Mekar, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, Bali memantik kekecewaan puluhan warga setempat.
Alasan Kadis PU Buleleng tidak mau membantu jembatan darurat dengan panjang 7 meter , lebar 1 meter dan tinggi 5 meter  yang menghubungkan Desa Sari Mekar dengan Kampung Singaraja, dianggap bukanlah jembatan tetapi hanya merupakan titi, dimana dibangun oleh warga hanya berupa akses pejalan kaki.
”Jembatan itu hanyalah akses pejalan kaki yang dibangun warga. Kami tidak akan memberikan bantuan kepada warga untuk memperbaiki jembatan tersebut. Karena sudah tidak layak dijadikan jalan penyeberangan. Kan sudah ada jalan raya kalau warga di sana ingin ke Singaraja” ucap tegas Nyoman Gede Suryawan, Senin (6/10) lalu.
Menyikapi pernyataan Kadis PU tersebut, Ketua RT setempat, Tajudin menyatakan rasa kekecewaannya dan mengatakan bahwa awalnya jembatan darurat berbahan bambu, selanjutnya dibangun jembatan darurat berbahan beton sekitar 20 tahun yang lalu dengan dana swadaya. Pada tujuh tahun yang lalu, jembatan darurat tersebut menjadi patah, karena diterjang banjir.
”Selama jembatan patah tidak mendapat bantuan perbaikan, lantas pada bulan lalu ada bantuan desa sebesar Rp 10 juta untuk membuat jembatan yang baru. Namun, bantuan itu cuma mampu untuk membangun satu tiang beton saja. Oleh karena kekurangan dana, akhirnya upaya warga membangun jembatan yang baru menjadi terhenti” terangnya
Kalau ada anggapan ada jalan alternative selain jembatan darurat yang dibangun warga, kata Tajudin hal itu tidaklah benar,”Jembatan darurat yang kami bangun itu merupakan akses utama kami menuju ke Pasar Beleleng, ke Kantor Bupati Buleleng atau ke DPRD Buleleng. Karena sudah tidak ada jalan lain yang layak untuk dilewati selain jembatan yang patah itu. Di sekitar pemukiman warga merupakan persawahan dan kalaupun ada jalan alternative, hanya berupa jalan setapak menuju kota yang jauhnya sekitar 4 Km” ujarnya.
”Kami warga menjadi bertanya-tanya, jalan mana yang dimaksud? Kenyataannya tidak ada jalan lain. Kadis PU kalau ada waktu, silahkan dating kesini. Kami akan tunjukin yang sebenarnya. Kalau tidak turun langsung kelapangan janganlah ngomong sembarangan,” ucap Tajudin menumpahkan kekecewaannya.
Seperti diberitakan Metrobali.com sebelumnya, puluhan Kepala Keluarga (KK) yang bertempat tinggal di Dusun Delod Margi, Desa Sari Mekar Kecamatan/Kabupaten Buleleng, Bali tepatnya diperbatasan antara Desa Sari Mekar dengan Kelurahan Kampung Singarja, setiap hari berjalan kaki melintasi jembatan darurat yang dalam kondisi patah dan rusak berat.
Mata pencaharian mereka sehari-hari, sebagai pedagang nasi kuning, buruh, ojek maupun mencari barang rongsokan (barang bekas). Anak-anak mereka pergi maupun pulang dari dan kesekolah berjalan kaki di jembatan yang panjangnya 7 meter dan lebar 1 meter tersebut. Ditengah-tengah jembatan kondisinya patah dan amblas yang rawan jebol. Karena pondasinya yang tingginya 5 meter dalam kondisi sudah rapuh. Jikalau warga melintasinya, terasa sekali jembatannya bergetar.  GS-MB