MetroBali

Selangkah Lebih Awal

Puluhan warga lereng Merapi di Sleman masih mengungsi

Sejumlah warga mengungsi di Balai Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (21/5/2018). Ratusan warga lereng Gunung Merapi mengungsi untuk mencari tempat aman di Balai Desa karena hujan abu akibat letusan freatik Gunung Merapi yang terjadi pada Senin pukul 17.50 petang, setelah letusan freatik pukul 01.25 WIB dan pukul 09.38 WIB. (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (Metrobali.com)-

Puluhan warga lereng Gunung Merapi di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, masih bertahan di barak pengungsian setelah erupsi freatik terjadi pada Senin (21/5) malam dan Selasa dini hari.

“Hingga pukul 06.00 WIB masih ada sebanyak 69 warga yang bertahan di barak pengungsian. Mereka terdiri para lansia dan balita,” kata Makwan, Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman.

Warga yang masih mengungsi, menurut dia, berasal dari Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, di Desa Glagaharjo serta Desa Umbulharjo dan Argomulyo.

“Di Balai Desa Glagaharjo tercatat yang sebelumnya ada 371 pengungsi saat ini tinggal tujuh pengungsi, mereka dalam kondisi sehat,” katanya.

Sementara di Huntap Dusun Singlar, Glagaharjo, yang semula menjadi tempat 19 orang mengungsi sekarang tersisa satu orang, di rumah Dukuh Kalitengah Lor dari 44 pengungsi tinggal 29 orang yang bertahan, dan rumah Dukuh Kalitengah Kidul masih ada 20 orang yang mengungsi.

“Sedangkan di SD Sanjaya Tritis dari 510 pengungsi tadi malam, pagi ini tinggal 10 pengungsi, di Balai Desa Argomulyo dari 200 pengungsi sudah pulang semua, Balai Desa Umbulharjo dari 200 pengungsi sudah pulang semua dan Balai Desa Sindumartani, Ngemplak, 20 pengungsi sudah pulang semua. Sementara di Kantor Kecamatan Cangkringan 100 pengungsi sudah pulang semua,” katanya.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya mengatakan peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi yang ditandai dengan letusan freatik beruntun diikuti kegempaan membuat BPPTKG PVMBG menaikkan status Gunung Merapi dari Normal (level I) menjadi Waspada (level II)  sejak Senin pukul 23.00 WIB.

“Dengan naiknya status Waspada maka penduduk yang berada di dalam radius tiga km dari puncak Gunung Merapi harus dikosongkan. Tidak boleh ada aktivitas msyarakat di dalam radius tiga km. Kegiatan pendakian untuk sementara dilarang kecuali untuk kegiatan penyelidikan dan penelitian terkait mitigasi bencana,” katanya.

Ia mengatakan telah terjadi empat kali letusan freatik disertai suara gemuruh sejak Senin hingga Selasa pukul 03.30 WIB.

Akibatnya, menurut dia, hujan abu vulkanik jatuh di sekitar Gunung Merapi seperti wilayah Kabupaten Sleman Yogyakarta meliputi Kecamatan Cangkringan (Desa Glagaharjo, Desa Kepuharjo, Desa Umbulharjo), Kecamatan Pakem (Desa Purwobinangun, Desa Hargobinangun, Desa Kaliurang), dan Kecamatan Ngemplak (Desa Widomartani).

Ia mengatakan sejak tadi malam sebagian warga secara mandiri mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sekitar 298 jiwa warga Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, dan Srunen di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman mengungsi ke Balai Desa Glagaharjo.

“BNPB terus berkoordinasi dengan PVMBG dan BPBD, baik di wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mengantisipasi letusan dan kenaikan status Waspada,” katanya.

Ia mengatakan bahwa rencana kontinjensi menghadapi letusan Gunung Merapi diaktifkan, penduduk yang berada di wilayah Kawasan Rawan Bencana (KRB 3) didata, dan BPBD Kabupaten Boyolali, Magelang, Klaten dan Sleman akan melaporkan ke Bupati dan melakukan rapat koordinasi dengan unsur terkait di wilayah masing-masing.

“BPBD Provinsi Jawa Tengah dan BPBD Provinsi DI Yogyakarta terus melakukan pendampingan dan koordinasi dengan BPBD di wilayahnya,” katanya.

“Masyarakat diimbau mengikuti arahan dari Pemda setempat. Pemerintah akan terus hadir membantu masyarakat,” katanya.

Sumber : Antaranews.com