Denpasar, (Metrobali.com) –

15 seniman, 8 perwakilan organisasi kemasyarakatan di Bali dan aktivis di Bali akan menggelar berbagai kesenian dalam mengatasi isu sosial di masyarakat bertempat di Desa Budaya Kertalangu, Kesiman, Denpasar yang dirangkai dalam kegiatan Mabesikan Festival yang akan dilaksanakan pada Sabtu 22 Oktober 2016 mendatang.

Mebesikan Festival merupakan rangkaian kegiatan dalam Mabesikan Project, yang diselenggarakan Search for Common Ground (SEARCH). Search for Common Ground (SEARCH) berdiri di Indonesia sejak tahun 2002, dan telah melaksanakan banyak program yang berfokus pada isu keberagaman, Pencegahan kekerasan ekstremisme, kesetaraan gender, dan demokrasi. Mabesikan Project, Search for Common Ground (SEARCH) didukung oleh Pemerintahan Denmark melalui hibah di Bidang di budaya.

Selain itu Festival ini bertujuan untuk menampilkan hasil karya dan proyek dari para seniman dan aktivis, yang selama hampir satu tahun telah berpartisipasi dalam Mabesikan Project. Mabesikan Project menyediakan ruang pertemuan bagi seniman kontemporer dan aktivis sosial dari organisasi kemasyarakatan yang ada di Bali untuk bersatu menangani isu-isu sosial.

Program Officer Search for Common Ground (SEARCH) Michelle Winowatan mengatakan, kegiatan Mebesikan Festival  dapat dijadikan sebagai kolaborasi dengan bersama-sama untuk mewujudkan perubahan sosial di masyarakat. Dalam kegiatan Mebesikan sebagai fasilitator bagi seniman dan organisasi sosial di Bali dalam melakukan pendekatan mengatasi isu sosial di Bali.

“Kami sebagai fasilitator, tujuan kami teman-teman seniman dan organisasi lokal disini bisa untuk menggunakan pendekatan yang lebih inklusif atau lebih bekerjasama. Pada umumnya kita melihat masalah ada lawan ada kawan itu mental yang kita sebut sebagai advertarial, kami ingin mengubah itu lebih kolaboratif.  Kita melihat orang tidak sebagai kawan atau lawan tetapi semuanya sebagai mitra untuk membawa perubahan,” ujarnya di Denpasar, Rabu (19/10).

Ditambahkan Ketua Lembaga Bantuan Hukum Asossiasi Perempuan untuk Keadilan (LBH APIK) Bali Ni Nengah Budawati pihaknya berharap Mabesikan Project kedepannya bisa menjadi wadah, dan berkolaborasi dengan seniman di Bali.

“Kemudian bisa menciptakan seni-seni yang terbaik dengan melakukan champion. Bagi kami pendekatan champion yang terbaik dengan melalui seni, merupakan cara terbaik untuk mempengaruhi masyarakat terkait permasalah kekerasan perempuan dan anak,” katanya.

Adapun agenda kegiatan Mabesikan Festival pada Sabtu 22 Oktober 2016 yakni Mejejahitan, Workshop Batik, Film Screening “Terpasung di Pulau Sorga”, Workshop Plasticology, Diskusi & Screening Video Project “Bersama yang Beda”, Talkshow “Bringing Art Back to Earth : Environmental Philosophy & Art”, Diskusi & Film Screening “Air dan Kehidupan”. Selain itu juga menampilkan music Performance menampilkan Nostress, Sandrayati Fay, Relung kaca, Antrabes, Emoni, Ayu Laksmi & Svara Semesta, Jasmine Okubo, Rio Sidik, Bona Alit, Gung De Rahma, Portandin, Lily of The Valley dan Navicula. SIA-MB