20161224_062737_resized

Denpasar, (Metrobali.com) –

Puluhan bikkhu dan samanera engikuti tradisi pindapatta atau menerima dana makanan dari umat saat berjalan kaki, Sabtu (24/12) di Denpasar. Kegiatan serangkaian peringatan 40 Tahun Sangha Theravada Indonesia ini berlangsung di sepanjang jalan Buluh Indah, berawal dari Vihara Asoka Arama, menuju Buddha Sakyamuni di Lk. Padang Udayana.

Tradisi ini diikuti dengan antusias oleh umat Buddha tidak hanya dari Denpasar, namun juga dari berbagai daerah di seluruh Bali. Umat yang turut berpartisipasi dalam kegiatan ini sudah mulai siap sejak pagi, mulai pukul 06.00 wita pada sejumlah titik yang ditentukan panitia. Secara tertib mereka, umat berjejer di pinggir trotoar dan di depan rumah/took, dan dengan sabar menunggu bhikku dan samanera yang akan lewat untuk menerima dana makan. Selain makanan siap konsumsi, umat juga mendanakan makanan kering, minuman, juga obat-obatan untuk kebutuhan bhikku.

Menurut Susiarta Indrajaya, ketua panitia, tradisi pindapatta tersebut dilaksanakan sebagai serangkaian acara menjelang peringatan 40 tahun Sangha Theravada Indonesia untuk wilayah Bali. Pada kesempatan ini, pindapatta diikuti 48 bhikku dan samanera. Waisak 2560 yang jatuh pada 22 Mei medatang. “Selain member kesempatan yang lebih luas kepada umat atau umum siapa saja yang ingin berdana makan kepada bhikku, juga untuk lebih memperkenalkan tradisi pindapatta umat maupun masyarakat luas,” jelas Sudiarta Indrajaya.

Dijelaskan, dana makanan, minuman, dan lainnya yang terkumpul, selain untuk kebutuhan Bhikku, nantinya juga akan disumbangkan ke tempat yang memebutuhkan seperti panti asuhan atau warga kurang mampu. “Kesempatan untuk turut dalam pindapatta seperti ini menjadi berkah yang melakukannya. Selain menunjukkan bakti kepada bhikku Sangha, juga berlatih untuk melepas, berdana sesuai dengan kemampuan,” tambah Sudiarta.

Selain kegiatan Pindapatta, rangkaian kegiatan 40 Tahun Sangha Theravada Indonesia telah diawali dengan aksi sosial penanaman pohon kelapa (nyuh daksina) di sejumlah tempat, Sabtu (17/12) dan donor darah di sejumlah vihara seperti Vihara Asokarama, Minggu (11/12) dan Vihara Buddha Sakyamuni Minggu (18/12). Puncaknya, acara peringatan 40 Tahun Sangha Theravada Indonesia yang diselenggarakan di panggung terbuka Ardha Candra, Art Centre, Denpasar, Minggu (25/12) dengan mengambil tema “Menebar Kasih Membangun Kedamaian”.

 

Tentang Pindapatta

Kata Pindapatta berasal dari bahasa Pali yang artinya menerima persembahan makanan. Sedangkan yang disebut Patta adalah sejenis mangkok makanan yang digunakan para Bhikku/Bhikkuni untuk menerima dana/sumbangan makanan dari para umat. Pindapatta merupakan tradisi Buddhis yang telah dilaksanakan sejak zaman kehidupan Buddha Gotama (bahkan sejak jaman para Buddha terdahulu) hingga saat ini, terus berlanjut hingga jaman Buddha-Buddha yang akan datang. Tradisi pindapatta ini masih tetap dilaksanakan di beberapa Negara seperti, Thailand, Kamboja, Myanmar, dan Srilanka. Sedangkan di negara-negara lain termasuk Indonesia, tradisi ini sudah jarang dilaksanakan disebabkan banyak factor yang tidak mendukung pelaksanaan kebiasaan ini, seperti jumlah Bhikku yang tidak banyak, juga jumlah umat Buddha yang sedikit, dan banyak pula di antaranya yang belum mengerti dan tidak mengenal tata cara tradisi ini.

Pindapatta dilaksanakan oleh para Bhikku/Bhikkuni dengan cara berjalan kaki dengan kepala tertunduk sambil membawa patta untuk menerima atau memeperoleh dana makanan dari umat guna menunjang kehidupannya. Pemeberian dana makanan kepada para Bhikku/Bhikkuni ini tidak sama dengan pemberian sedekah atau berdana kepada seorang pengemis, peminta-minta, dan sebagainya. Dalam Pindapatta ini seorang Bhikku/Bhikkuni tidak boelh mengucap kata-kata meminta, tetapi umatlah yang secara sadar dan ikhlas, serta semangat bakti memberikan, mendanakan makanan demi membantu kelangsungan kehidupan suci para anggota Sangha dan membantu kelangsungan serta melestarikan Buddha Dhamma itu sendiri.

Bagi para Bhikku/Bhikkuni, Pindapatta merupakan cara untuk melatih diri hidup sederhana/prihatin, belajar menghargai pemberian orang lain, dan melatih Sati (perhatian/kesadaran murni), serta merenungkan bahwa fungsi utama makanan adalah untuk emenuhi kebutuhan badan jasmani agar tidak cepat sakit dan lapuk, bukan untuk kesenangan dan mencari kenikmatan. Sedangkan bagi umat Buddha, Pindapatta ini merupakan lading yang subur untuk menanam jasa kebajikan sebab berdana kepada mereka yang menjalani kehidupan suci merupakan suatu berkah yang utama. RED-MB