Foto: Pelaksanaan program Eco-Temple” di Pura Sakti Manuaba, Desa Adat Manuaba, Desa Kendran, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar.

Gianyar (Metrobali.com)-

Keluarga Besar Mahasiswa Hindu Dharma (KBMHD) Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar menghadirkan program “Eco-Temple” di Pura Sakti Manuaba, Desa Adat Manuaba, Desa Kendran, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar.

Ketua KBMHD Undiknas I Made Fajar Ari Wibawa Putra mengungkapkan program Eco Temple ini lahir melalui sinergitas antara Pusat Studi Undiknas, DPD Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Bali dan Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) Bali.

Tak hanya itu, program ini juga mendapatkan dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI melalui Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) wilayah Bali dan Nusa Tenggara.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya KLHK RI juga memberikan bantuan mesin pencacah pada  2019.

“Program Eco-Tempel ini berupaya agar menyelesaikan permasalahan sampah dari sumbernya,” kata Fajar di sela-sela pelaksanaan program ini di Pura Sakti Manuaba, Desa Adat Manuaba, Minggu (6/9/2020).

Fajar menjelaskan proses pembuatan kompos dalam program Eco-Tempel ini dilakukan dengan membuat lubang ukuran 2×1 meter yang memiliki kedalaman dua meter.

Sampah organik yang berasal dari sisa upakara dipilah dan dicacah oleh mesin sampai menjadi kecil dan langsung diarahkan ke lubang kompos.

Setelah dicacah, sampah yang sudah menjadi kecil akan ditutup dengan terpal demi menjaga kelembaban lubang agar kompos jadi.

“Proses menjadi kompos membutuhkan waktu kurang lebih 2 bulan dan setelah jadi kompos akan dimanfaatkan warga sekitar untuk penanaman kebun/sawah,” jelas Fajar.

Kompos yang sudah jadi nantinya akan dibantu dipacking oleh KBMHD dan dipasarkan di KPRK yang akan menjadikan kompos tersebut memiliki nilai ekonomi yang tinggi demi pemasukan desa setempat.

Bentuk Rantai Ekonomi

Pembina KBMHD Undiknas, Dr. A.A.A. Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H., M.M., M.H., mengungkapkan dengan progam Evo Temple ini pihaknya ingin menjaga pura dan lingkungan sekitar secara realitas dengan konsep Tri Hita Karana dengan mengolah sampah upakara.

“Jadi dengan dicacah itu sampah upakara menjadi kompos. Itu sudah bisa kami mendapatkan 20 kg dan Kamis udah mulai packaging,” tutur Tini Gorda yang juga Kepala Pusat Studi Undiknas (PSU) ini.

Meskipun kepengursan KBMHD berganti, program Eco Tempel ini dipastikan akan tetap dijalankan. Hal itu dilakukan agar program Eco-Tempel ini bisa membentuk rantai ekonomi di masyarakat setempat. Di samping bisa menjaga lingkungan, program Eco-Tempel ini juga diupayakan bisa memberikan nilai rupaih.

Tini Gorda menuturkan, melalui program Eco-Temple ini, mahasiswa KBMHD berupaya mendidik masyarakat setempat dengan menjadi tutor. Dirinya berhadap mahasiswa bisa belajar mengedukasi masyarakat.

Keberadaan mereka di sana juga tidak ada kaitannya dengan nilai ekonomi, tetapi bisa mengerjakan program lingkungan. Sementara nilai rupiahnya akan diberikan kepada pengempon pura setempat.

“Mahasiswa memberikan edukasi, pendampingan, dan sebagainya. Karena itulah tanggungjawab sebagai generasi kuda hindu. Jadi itu yang hadus  dia lakukan,” jelas Tini Gorda yang juga Ketua Umum DPD IWAPI Bali dan Ketua KPRK Bali ini.

Bisa Jadi Bahan Skripsi

Program ini, kata Tini Gorda, bisa juga nantinya dijadikan bahan skripsi bagi mahasiswa itu sendiri. Hal itu dikarenakan sampah bisa dikelola dengan baik, mulai dari pembukuan dan audit yang bisa dilihat dari segi ilmu akuntansi.

Kemudian upaya dalam mengorganisir sampah itu juga bisa dilihat dari segi ilmu manajemen.  Upaya dalam mengatur regulasi juga diperlukan agar vilaa dan resort yang berada diseputaran daerah tersebut mau membeli kompos untuk menyuburkan tanamannya.

Tak hanya itu, bagi mahasiswa prodi teknik juga bisa  mencoba membuat lobang yang sesuai jenis tanah sehingga pembuatan kompos betul-betul menjadi kompos yang bagus. Di sisi lain, upaya dalam membranding hasil kompos itu juga bisa diteliti bagi mahasiswa ilmu komunikasi.

“Jadi semua prodi bisa terlibat di situ, jadi itu akan menjadi laboratorium hidup dari  KBMHD. Kalau ini sudah berhasil kita akan share kepada PTS yang lain agar juga sama melakukan seperti itu mahasiswa Hindunya,” papar Tini Gorda yang juga Direktur Eksekutif GTS (Good-Trustworthy-Smart) Institute Bali ini.

Untuk diketahui, KBMHD Undiknas Denpasar sendiri memiliki 4 divisi, dimana setiap divisi mempunyai program kerjanya masing-masing. Program kerja Divisi IV KBMHD yaiu Kerja Sosial di Desa Kenderan bahkan sudah dimulai pada 2018 dan sampai saat ini yang sudah berjalan pada tahun ke-3.

Kegiatan tersebut mengacu pada Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian kepada Masyarakat. Sebelum mempunyai program Eco-Tempel seperti sekarang, KBMHD Undiknas mengawalinya dengan kegiatan penanaman pohon upakara, penyuluhan mengenai sampah plastik dan pengolahannya dari KLHK sebagai kerjasama.

Berlanjut pada 2019, di Pura Dalem Desa Kenderan dilakukan kegiatan mareresik di area pura, penyuluhan dari P3E Bali Nusra, dan pembagian tempat sampah. Dari sana berlanjut program utama berupa Eco-Temple yang memanfaatkan kompos yag diolah dari sisa upakara. (wid)