Foto: Direktur Eksekutif GTS  Institute Bali Dr. A.A.A. Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H.,M.M.,M.H., bersama sejumlah anak-anak Yayasan Amara Bhawana Sastra (ABSA) Minggu (28/7/2019).

Bangli (Metrobali.com)-

GTS (Good-Trustworthy-Smart) Institute Bali memberikan perhatian besar terhadap anak-anak di Bangli dalam rangka mempersiapkan mereka menjadi Generasi Emas Indonesia tahun 2045.

Buktinya sejak awal lembaga yang bernaung di bawah Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) Provinsi Bali meluncurkan programnya dimulai dari Bangli dengan menggandeng Yayasan ABSA yang berlokasi di Banjar Susut Kaja, Desa Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli.

Tidak tanggung-tanggung, GTS Institute Bali juga menjadikan Yayasan ABSA dan anak-anak di yayasan ini sebagai Laboratorium Hidup dalam upaya pengembangan karakter generasi emas.

Kepedulian besar Direktur Eksekutif GTS  Institute Bali Dr. A.A.A. Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H.,M.M.,M.H., ini terhadap anak-anak di Bangli pun banjir apresiasi.

Salah satunya disampaikan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Bangli, dr. Dewi Rahayu, M.Kes.

“Kami sangat bangga dan salut dengan kepedulian GTS Institute Bali kepada anak-anak di Bangli khususnya juga di Yayasan ABSA ini,” kata Dewi Rahayu.

Hal ini disampaikannya saat menghadiri penandatanganan MoU antara GTS Institute Bali dan Yayasan ABSA, di Banjar Susut Kaja, Desa Susut, Kecamatan Susut, Bangli,  Minggu pagi (28/7/2019) yang juga dirangkai dengan peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2019 serta HUT ke-5 Komunitas Anak Bangsa.

Dewi Rahayu menilai progam-progam pengembangan karakter generasi emas yang dijalankan GTS Institute Bali di Bangli sangat berkontribusi positif terhadap upaya dan perjuangan daerah ini menuju “Kabupaten Layak Anak.”

“GTS Institute masuk dukung Bangli agar jadi Kabupaten Layak Anak. Organisasi di luar Bangli sinergi dengan kami di Bangli, dengan ABSA. Semoga ini bisa memberikan motivasi kepada pengambil kebijakan di Bangli,” kata Dewi Rahayu.

Seperti diketahui, Bangli menjadi salah-satu daerah di Bali yang belum menyandang predikat layak anak. Hal ini dikarenakan Bangli gagal dalam verifikasi lapangan, selain memang minimnya sejumlah fasilitas pendukung hak-hak anak.

Dewi Rahayu mengakui hal tersebut. Dikatakannya saat ini Bangli masih kekurangan sejumlah fasilitas yang memenuhi hak anak.

Diantaranya puskesmas ramah anak  sekolah ramah anak, hingga ruang bermain ramah anak, sarana prasarana dengan sumber daya manusia terkait pendampingan dan penanganan kasus kekerasan anak, dan hal terkait lainnya.

“Indikator pemenuhan kabupaten layak anak ada di lintas OPD (Organisasi Perangkat Daerah) sebab urusan anak ini sebenarnya lintas OPD. Misalnya sarana prasarana sekolah ramah anak ada di Dinas Pendidikan. Puskesmas ramah anak ada di Dinas Kesehatan,” beber Dewi Rahayu.

Di sisi lain pemahaman dan upaya masing masing OPD diakui belum maksimal dalam pemenuhan hak anak untuk menjadikan Bangli Kabupaten Layak Anak.

“Tim kerja kami memang belum solid. Jadi jarus duduk bersama semua OPD terkait sehingga ada komitmen dan team work. Juga perlu dukungan seluruh stakeholder. Salah satunya seperti yang dilakukan GTS Institute ini,” pungkas Dewi Rahayu.

Dukung Bangli Jadi Kabupaten Layak Anak

Sementara itu, Direktur Eksekutif GTS  Institute Bali Dr. A.A.A. Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H.,M.M.,M.H., menegaskan pihaknya siap bersinergi, mendukung Pemda Bangli agar menjadi Kabupaten Layak Anak.

“Bangli memang belum masuk Kabupaten Layak Anak. Ini jadi PR kita bersama,” kata Tini Gorda yang juga Ketua Umum BKOW (Badan Kerjasama Organisasi Wanita) Provinsi Bali ini.

Selain dengan progam yang sudah dijalankan untuk anak-anak di daerah ini dengan menggandeng Yayasan ABSA, salah satu peran GTS Institute Bali adalah terus menggugah kesadaran Pemda Bangli agar aware terhadap pemenuhan hak-hak anak.

“Kami ingin berikan paradigma baru bagi kepala daerah agar betul-betul berkomitmen bahwa anak-anak ini adalah generasi penerus bangsa yang memang harus jadi skala prioritas,” imbuh mantan Ketua Perdiknas Denpasar ini.

Walau pemerintah kurang perhatian, GTS Institute Bali akan terus mencoba menyadarkan pemerintah bahwa anak-anak ini adalah aset luar biasa, SDM masa depan bangsa ini.

“Kami akan berbuat agar Bangli segera menjadi Kabupaten Layak Anak,” tegas Tini Gorda yang juga Ketua Umum IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) Provinsi Bali ini.

Berlangsung Penuh Keceriaan: Kita Anak Indonesia Kita Gembira

Sementara itu pasca MoU  GTS Institute Bali dan Yayasan ABSA ini, kedua organisasi ini juga akan bersama-sama menjalankan Program Unggulan Pengembangan Karakter Emas Calon Ayah dan Ibu dari GTS Institute Bali yang sebelumnya juga telah diakomodir Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Hindu Kementerian Agama (Kemenag) RI Prof. Drs. Ketut Widnya, MA, M.Phil, Ph.D.

MoU ini juga serangkaian memperingati Hari Anak Nasional Tahun 2019 yang jatuh pada 23 Juli 2019 ini dengan slogan”Kita Anak Indonesia Kita Gembira.” Acara dirangkai juga dengan perayaan HUT ke-5 Komunitas Anak Bangsa yang dihadiri langsung Ketua Komunitas Anak Bangsa Etty Chrisnawan.

Acara yang dipandu MC Nuning Indah Pratiwi, S.Sos.,M.I.Kom., yang juga KPS (Kepala Progam Studi) Ilmu Komunikasi Undiknas Denpasar berlangsung penuh kehangatan dan keceriaan. Acara juga makin meriah dan penuh keceriaan saat anak-anak Yayasan ABSA dilibatkan dalam sosialisasi permainan tradisional Bali berkarakter yang dibawakan Kadek Desi Martalina, S.Pd., guru dan penyuluh bahasa Bali.

Anak-anak diajak memainkan permainan mabiu-biuan yang dimodifikasi sebagai bagian strategi pembelajaran bahasa Bali untuk siswa SD dan SMP.

Dimeriahkan juga penampilan dari Jegeg Bagus Bangli serta pentas Kreativitas dari anak-anak ABSA, FAD (Forum Anak Daerah) Bangli, Bali Kumara dan KBMHD Undiknas.

Sinergi Cetak Generasi Emas

GTS Institute Bali sejak diresmikan tanggal 31 Mei 2019 di Yayasan ABSA sudah berkolaborasi melakukan berbagai aksi nyata dengan yayasan ini. Seperti menggelar aksi parenting, pengembangan pendidikan karakter anak-anak, aksi sayangi diri, sosialisasi permainan tradisional dan lain-lain.

Sementara itu Ketua Yayasan Amara Bhawana Sastra (ABSA) | Wayan Juni Artayasa menyambut baik MoU dengan GTS Institute Bali untuk berkolaborasi menjalankan program pembentukan karakter generasi emas.

“Kami siap bersinergi dengan GTS lnstitute Bali dalam meningkatkan kualitas SDM dan mencetak generasi emas Indonesia,” kata Juni Artayasa didampingi Sekretaris Yayasan Ketut Teja Artha dan Bendehara Yayasan Ni Made Sri Puspayani.

GTS Institute Bali mengusung visi menjadi pusat pembelajaran peningkatan kualitas SDM. Organisasi ini mengedepankan sejumlah misi. Pertama menyelenggarakan proses pendidikan dan pelatihan yang menyenangkan bagi generasi emas.

Kedua, menyelenggarakan pelatihan keahlian dan keprofesionalan SDM yang beretika. Ketiga, menjadi mitra diskusi pemerintah, swasta, sekolah, masyarakat terkait SDM. Keempat, membuat kajian-kajian.

Sementara itu Yayasan Amara Bhawana Sastra bergerak di bidang sosial, pendidikan, agama dan budaya. Yayasan ini ingin membantu masyarakat dan orang-orang yang membutuhkan dalam bidang sosial, pendidikan dan budaya serta keagamaan  tanpa memandang agama, suku bangsa, ras, status sosial usia dan apapun keadaannya. (wid)