Keterangan Foto:
Prof. Simon Field (tengah) saat berkunjung ke STISPOL Wira Bhakti dan diterima Ketua STISPOL Wira Bhakti, Prof. Dr. Wayan Windia, SU (nomor 2 dari kanan) dan jajarannya.

Denpasar, (Metrobali.com)

Prof. Simon Field dari Australia berkunjung ke Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik (STISPOL) Wira Bhakti Denpasar dan menemui Ketua STISPOL Wira Bhakti, Prof. Dr. Wayan Windia, SU., belum lama ini.

Dalam pertemuan tersebut dibahas tentang peran “subak abian” di Bali dalam menjaga lingkungan alam dan penggunaan pestisida secara berlebihan. Dalam kesempatan itu, Prof. Windia didampingi Wakil Ketua I, Dr. Drs. I Gede Putu Yasa, M.Si., Wakil Ketua II, Drs. I Made Yunita, M.AP., dan Kepala Unit Penjaminan Mutu, Drs. I Gde Oka Saputra, M.Si.

Dalam pertemuan tersebut, Prof. Simon Field mengaku datang ke Bali untuk memperdalam bagaimana peran “subak abian” di Bali dalam menjaga lingkungan alam Bali. Dijelaskan Prof. Windia, “subak abian” di Bali memiliki peran yang sangat vital dalam menjaga lingkungan alam. Terlebih di tengah banyaknya tanah longsor yang umumnya karena perubahan yang terjadi pada ekosistem alam.

Di samping itu, banyaknya pohon-pohon yang ditebang juga menjadi salah satu dari sekian banyak penyebab tanah longsor. Penggunaan pestisida yang berlebihan juga dapat menimbulkan kerusakan lahan pertanian. Secara umum sifat pestisida adalah pelindung manusia dari ancaman serangga, jamur, gulma, dan hewan pengganggu lainnya dan dapat meningkatkan hasil pertanian.

Namun, kandungan yang terdapat dalam pestisida juga merupakan polutan atau bahkan racun bagi keselamatan kelangsungan ekosistem lingkungan manusia itu sendiri termasuk bagi tanah dan lingkungan hidupnya. Pestisida dengan intensitas pemakaian yang terlalu tinggi dan dilakukan secara terus menerus tentu saja akan menyebabkan beberapa kerugian antara lain pencemaran pada lingkungan pertanian, penurunan produktivitas, dan kesuburan tanah berkurang.

Menurut Prof. Windia, “subak abian” adalah organisasi petani tradisional di Bali yang menganut filosofi Hindu yakni “Tri Hita Karana”, suatu filosofi keseimbangan hidup yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan (parahyangan), hubungan antar-manusia (pawongan), dan hubungan manusia dengan lingkungan (palemahan).

Terkait dengan hal itu, ada kepercayaan bahwa alam adalah sesuatu yang harus dijaga. Di Bali, “subak abian” dan desa adat memiliki hubungan yang sangat erat sehingga bisa berperan positif khususnya dalam melestarikan lingkungan alam Bali. (Red)