Denpasar, (Metrobali.com)-

Guru besar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Dibia menyebut, sejatinya Kota Denpasar merupakan salah satu daerah yang menjadi pusat seni dan budaya. Namun, potensi itu belum tergarap maksimal sehingga Denpasar belum jadi pusat seni dan kebudayaan.

“Denpasar banyak pusat-pusat seni dan budaya, lembaga dan yang paling penting adalah tokoh seni dan budaya yang mungkin tidak dimiliki oleh kota yang lain. Jadi kalau kita melihat semauanya itu, kita sadar betapa besarnya potensi itu untuk Kota Denpasar,” kata Dibia dalam cara Webinar bertajuk ‘Membangun Denpasar Berbasis Budaya’ yang digelar Sapama Center, Jumat (20/11) malam.

Dibia menuturkan, sejumlah potensi besar itu dapat dilihat dari berbagai bidang seni yang dimiliki Denpasar tapi tak dimiliki oleh daerah lain. Salah satunya seperti di bidang seni kerawitan yakni gamelan angklung yang memang khas denpasar,

Selain dalam bidang seni kerawitan, lanjut Dibia, dalam seni pedalangan juga Denpasar juga memiliki potensi besar. Wayang kulit calon arang yang selama ini kental dengan Denpasar menjadi salah satu warisan luar bisa yang dimiliki. “Selain itu Denpasar juga memiliki ratusan sanggar seni yang tdrsebar di Kota Denpasar. Dari hal-hal yang sudah disampaikan itu, kita Denpasar memiliki ptensi besar dalam bisang seni dan budaya,” terangnya.

Agar potensi besar itu tak hilang, Dibia menaruh harapan besar kepada siapapun yang terpilih menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Denpasar nanti untuk memperhatikan arah potensi seni dan budaya yang dimiliki Denpasar itu. Bila tidak, ia khawatir potensi itu akan hilang digerus oleh waktu.

“Sekarang ini kan Identitas seni dan budaya yang mulai kita temukan sejak tahun 60 an itu sudah semakin memudar karena masuknya identitas Baru, penyebabnya antara lain karena kurangnya kebanggaan dari para pendukung kesenian, para pemilik kesenian untuk mempertahankan gaya-gaya lama itu,” terangnya.

“Saat ini banyak generasi muda kita mulai kehilangan semangat untuk mencitai produk seni dan budaya di Denpasar, oleh karena itu diperlukan edukasi seni dan budaya secara insentif yang mencakup seluruh jenis sekolah dan tingkatannya,” jelasnya.

Ia berharap, kedepan ini akan dialog oleh pemerintah kota dengan pada seniman dan budayawan untuk menyelematkan wajah seni dan budaya di Kota Denpasar. Dialog itu penting untuk menentukan prioritas dari sederet potensi seni dan budaya yang hendak Digarap terlebih dahulu.

“Jika hal itu dijalankan dengan baik, maka identias, karaktreristik budaya Denpasar, pelan-pelan akan terevitalisasi sehingga dengan begitu kita tidak lagi kehilanagn gaya khas Denpasar yang bisa kita lihat dengan berbagai cabang budaya. Dan kita sudah waktunya kita mennggali kembali, menguatkan kembali identitas itu sesuai dengan yang kita harapakan, karena potensi budaya denpasar sangat besar,” tuturnya. (IST)