rumput laut

Denpasar (Metrobali.com)-

Kalangan petani rumput laut di Nusa Penida, sebuah pulau yang terpisah dengan daratan Bali mengalami penurunan hasil produksi yang cukup drastis akibat berbagai faktor.

“Produksi pada tahun 2014 sekitar 84.336 ton, menurun 61,261 ton atau sekitar 70 persen dibandingkan tahun sebelumnya mencapai 145.597 ton,” kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, I Made Gunaja di Denpasar, Minggu (14/6).

Ia mengatakan, menurunnya produksi tersebut antara lain akibat banyak petani rumput laut meninggalkan pekerjaan dan kemudian beralih menjadi pramuwisata dan tukang parkir kapal.

Banyak petani yang beralih pekerjaan karena pekerjaan sebagai pramuwisata lebih menjanjikan dibandingkan sebagai petani rumput laut.

“Banyak petani mengeluh dengan hasil rumput laut yang tak menentu setiap bulannya, sehingga mereka mulai berfikir mencari pekerjaan lain ditengah mahalnya harga kebutuhan pokok,” imbuhnya.

Selain itu, masa produksi yang cukup lama dan kendala cuaca yang tak menentu menyebabkan para petani rumput laut meninggalkan profesinya sebagai pembudidaya, apalagi, ditambah permasalahan harga rumput laut yang terus menurun.

“Pengaruh harga rumput laut yang merosot dari Rp10.000 menjadi Rp8.000 juga menjadi kendala utama para petani untuk melanjutkan budidaya rumput laut,” kata dia.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, I Made Gunaja mengatakan, pihaknya akan bekerja sama dengan para nelayan dalam hal permodalan dan peralatan karena banyak petani selama ini mengeluhkan kedua hal tersebut.

Apalagi, di daerah itu berkembang beberapa jenis ikan yang sering memakan rumput laut hasil budidaya petani yang membuat banyak petani mengalami kerugian.

“Budidaya rumput laut sebenarnya susah-susah gampang, rumput laut daerah Nusa Penida sebenarnya memiliki kualitas yang sangat bagus dan bisa bersaing dengan jenis rumput laut di daerah lain, kedepan kita akan membantu sehingga nelayan bisa kembali menekuni pekerjaan sebagai petani atau pembudidaya,” demikian I Made Gunaja. AN-MB