priyo

Jakarta (Metrobali.com)-

Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso yang juga Ketua Umum Musyawarah Kekeluargaan dan Gotong Royang (MKGR) mendeklarasikan diri siap memimpin Partai Golkar menggantikan Aburizal Bakrie.

“Saya akan menggunakan seluruh kemampuan dan bakat untuk menggerakkan seluruh elemen dan mesin partai untuk kebesaran Golkar dan kejayaan negeri,” kata Priyo saat deklarasi pencalonan dirinya untuk memimpin Partai Golkar, di Surabaya, Minggu (14/9).

Hadir pada deklarasi tersebut Ketua DPD I Jawa Timur Zainuddin Amali dan seluruh Ketua DPD II Partai Golkar se-Jawa Timur, serta para pengurus DPD II dari kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah, Yogyakarta, Aceh, Banten, Jawa Barat, NTB , NTT, dan berbagai provinsi di Sulawesi.

Priyo yang juga salah seorang Ketua DPP Partai Golkar menyebut dirinya yang berusia 48 tahun sebagai puncak dalam semangat untuk bekerja hebat mengonsolidasikan semua lini partai.

“Saya punya energi untuk datang ke seluruh jenjang mesin partai di provinsi, kabupaten dan kota se-Tanah Air,” katanya.

Di bawah kepemimpinannya, dia akan membawa Partai Golkar menjadi partai yang mengedepankan politik luhur dan tidak akan ikut-ikutan menampilkan etalase buruk sebagai partai pemburu kekuasaan.

Menurut dia, Partai Golkar harus memegang teguh politik luhur.

“Bahwa kekuasaan adalah untuk kepentingan rakyat dan diabdikan untuk memperjuangkan sebesar-besar kesejahteraan rakyat. Dengan politik luhur, Golkar akan membangunkan kembali doktrin Karya dan Kekaryaan yang sekarang ini mulai kehilangan rohnya,” kata Priyo yang juga pengurus di tiga organisasi kemasyarakatan pendiri Partai Golkar, Depinas SOKSI (Sentral Organisasi Karyawan Swadiri), Kosgoro (Kesatuan Organisasi Gotong Royong) 1957, dan MKGR.

Politisi kelahiran Trenggalek, Jawa Timur, 30 Maret 1966 itu mengatakan politik luhur akan membawa posisi Partai Golkar sebagai partai tengah dan moderat serta tidak akan menggunakan jalan kekerasan untuk mencapai tujuan politik.

“Tidak ada aksi ‘cap jempol darah’ dalam tradisi politik Golkar,” katanya.

Partai Golkar, katanya, mengedepankan harmoni, sopan santun dan fatsun politik dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.

Ia menegaskan Partai Golkar adalah partai nasionalis yang religius, sejak awal pendiriannya menentang ajaran komunisme, serta merupakan partai yang dalam platform tidak menghendaki negara agama.

“Saya tidak akan menjanjikan sesuatu yang muluk-muluk, kecuali sebuah tekad kuat untuk memimpin langsung dan membawa kembali Partai Golkar menuju puncak kemenangan,” katanya.

Priyo mengingatkan bahwa Ketua Umum Partai Golkar mendatang harus memiliki energi besar untuk mengonsolidasikan struktur Golkar di akar rumput.

Ia mengingatkan pengurus, kader, dan simpatisan Partai Golkar pada tingkat paling bawah merupakan ujung tombak dan akar yang menopang kokohnya partai berlambang pohon beringin itu.

“Mereka sangat terikat secara emosional dan teritorial dengan warga masyarakat secara langsung,” kata Priyo.

Ia menambahkan penguatan Partai Golkar di tingkat desa semakin relevan setelah pengesahan UU Desa beberapa waktu lalu.

“Maka tidak boleh tidak, Partai Golkar ke depan harus memaksimalkan kader-kader dan aktivitas struktur partai di desa-desa,” katanya. AN-MB