Pria bersenjata Texas tewaskan 26 jemaah di gereja

Lokasi penembakan di First Baptist Church di Sutherland Springs, Texas, Amerika Serikat, 5 November 2017. (ANTARA News/ REUTERS)

Sutherland Springs, Texas (Metrobali.com)-

Seorang pria bersenjata menewaskan setidaknya 26 jemaah dan melukai 20 lainnya di sebuah gereja di tenggara Texas pada Minggu, dengan melakukan serentetan penembakan, kata pihak berwenang.
Penembakan tersebut terjadi di First Baptist Church di Sutherland Springs di Wilson County, sekitar 40 mil (65 kilometer) bagian timur San Antonio.
Satu-satunya tersangka, yang mengenakan pakaian hitam, memasuki gereja dan mulai menembak, menurut sebuah pernyataan dari Departemen Keamanan Publik Texas.
Setelah melesatkan tembakan, pria itu melarikan diri ke kendaraannya dan ditemukan tewas di Guadalupe County. Kematian pria bersenjata tersebut masih dalam penyelidikan, kata badan pemerintah.
Pihak berwenang tidak mengungkapkan identitas maupun motif tersangka. Namun petugas penegak hukum yang tidak menyebut namanya mengatakan pria bersenjata tersebut sebagai seorang pria kulit putih berusia 26 tahun, demikian New York Times dan media lainnya melaporkan.
Puteri pendeta Frank Pomeroy yang berusia 14 tahun ikut terbunuh, informasi tersebut disampaikan keluarga kepada beberapa stasiun televisi.
Jeff Forrest, seorang veteran militer berusia 36 tahun yang tinggal satu blok dari gereja tersebut mengatakan, yang terdengar saat itu seperti tembakan senjata semi-otomatis berkaliber tinggi, hingga ia terkenang saat ditempatkan di Korps Marinir.
“Saya berada di teras, saya mendengar 10 putaran berbunyi, kemudian telinga saya mulai berdering. Saya menuju geladak dan saya hanya berbaring di sana,” kata Forrest.
Pembantaian tersebut terjadi hanya beberapa minggu setelah seorang penembak jitu membunuh 58 orang di sebuah konser outdoor di Las Vegas, yang merupakan penembakan paling mematikan dalam sejarah Amerika Serikat modern.
Penembakan tersebut telah memicu perdebatan nasional selama bertahun-tahun mengenai apakah akses mudah memiliki senjata api berkontribusi terhadap tren tersebut.
Presiden Donald Trump mengatakan bahwa dia memantau situasi tersebut saat berada di Jepang dalam perjalanan Asia 12 harinya.
“Semoga Tuhan bersama orang-orang Sutherland Springs, Texas. FBI & penegak hukum ada di tempat kejadian,” katanya melalui Twitter.
Menurut para saksi, sekitar 20 tembakan terdengar pada pukul 11.30 waktu setempat (1730 GMT) selama ibadah gereja. Tidak jelas berapa banyak jamaah yang ada di dalam saat itu.
Setelah penembakan tersebut, tersangkakabur dengan sebuah mobil dan segera terkepung oleh deputi kepala kepolisian Wilson County di Guadalupe County, Wiley mengatakan kepada Reuters. Dia tidak tahu apakah penembak itu meninggal karena tembakan yang ditimbulkan sendiri atau oleh kepolisian.
Pusat Medis Connally Memorial di Floresville menerima delapan pasien, kata rumah sakit tersebut dalam sebuah pernyataan, sementara Pusat Kesehatan Angkatan Darat Brooke di Fort Sam Houston menerima delapan lainnya.
Di Connally, tiga orang dirawat dan dipulangkan, satu dalam kondisi kritis dan empat dipindahkan ke Rumah Sakit Universitas di San Antonio untuk tingkat perawatan yang lebih tinggi.
Gereja First Baptist adalah satu dari dua rumah pemujaan di Sutherland Springs, sebuah wilayah yang menampung kurang dari 900 penduduk, menurut Sensus 2010. Ada juga dua SPBU dan sebuah toko Dollar General di kota.
Struktur bertingkat satu yang dicat putih itu memiliki menara kecil dan satu pintu depan. Pada Minggu, bendera Lone Star Texas terbang di samping bendera AS dan spanduk ketiga yang tidak dikenal.
Di dalamnya ada sebuah panggung kecil di mana anggota menyanyikan lagu pujian diiringi musik gitar dan pendeta menyampaikan khotbah mingguan, menurut video yang diunggah di YouTube. Di salah satu klip, beberapa lusin orang, termasuk anak kecil, bisa dilihat duduk di bangku kayu.
Pendeta Paul Buford dari River Oaks Church, sekitar 2 mil dari First Baptist, mengatakan bahwa komunitas tersebut sangat terguncang.
“Kami menahan diri sebaik mungkin. Kami adalah komunitas yang kuat,” katanya.
Penembakan tersebut terjadi pada ulang tahun kedelapan pembantaian 13 orang pada 13 November 2009 di markas Fort Hood Army di Texas tengah. Seorang psikiater Medical Corps Angkatan Darat Amerika Serikat yang dihukum karena pembunuhan tersebut sekarang sedang menunggu eksekusi.
Pada 2015, seorang pria kulit putih bersenjata membunuh sembilan umat kulit hitam di Emanuel African Methodist Episcopal Church di Charleston, South Carolina. Pria bersenjata tersebut dijatuhi hukuman mati karena serangan rasial.
Pada September, seorang pria bersenjata membunuh seorang wanita di tempat parkir sebuah gereja di Tennessee pada Minggu pagi dan melukai enam jamaah di dalam gedung, sebelum menembak dirinya sendiri dalam sebuah perkelahian dengan seorang pelayan yang bergegas menghentikan serangan tersebut. Demikian diberitakan Reuters.

Ant