SBY Gapensi Sanur

Nusa Dua (Metrobali.com)-

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa dunia akan makin baik, kaya dan kuat dengan adanya interaksi dan pembauran antar-peradaban, merujuk pada pengalaman Indonesia sebagai negara yang sangat beragam.

“Tentu saja, saya sangat menyadari bahwa sejarah mencatat banyak peristiwa di seluruh dunia yang menunjukkan benturan antarbudaya memicu perang, konflik dan penindasan. Namun saya percaya bahwa saat ini kita mempunyai kesempatan lebih besar untuk mengubah catatan sejarah menjadi lebih baik,” kata Presiden Yudhoyono di Nusa Dua, Bali, Jumat (29/8), saat membuka pertemuan ke-6 Forum Global Aliansi Peradaban PBB (UNAOC).

Dia kemudian mencontohkan keberhasilan Indonesia, yang berada di jalur perdagangan Samudra Pasifik dan Hindia, mengelola interaksi dengan beragam budaya dan peradaban dunia selama berabad-abad lamanya.

“Dalam suatu proses yang berlangsung selama berabad-abad, Islam, Hindu, Budha, dan budaya barat telah membaur dengan budaya lokal untuk menjadi bagian dari kekayaan warisan budaya sebagai suatu bangsa,” katanya.

Oleh karena itu, kata dia, di Indonesia tidak ada bentrokan antar-peradaban yang fundamental, dan secara umum ada harmonisasi antar-kebudayaan yang berasal dari jantung Indonesia.

Bahkan, menurut Presiden, di abad 21 Indonesia telah menunjukkan bahwa Islam, demokrasi dan modernisasi bisa selaras. Ia merujuk pada semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi simbol persatuan bangsa.

Menurut Presiden, tantangan bagi Aliansi Peradaban saat ini adalah justru terletak pada bagaimana mengakhiri perpecahan dan kesalahan di masa lalu yang mengakibatkan banyak penderitaan.

“Di dunia kita yang tidak sempurna ini, ada banyak orang, dengan alasan masing-masing, yang curiga pada perbedaan dan keragaman, dan menjadikan itu alasan untuk berseteru,” katanya seraya menambahkan bahwa umat manusia telah membayar harga mahal untuk sikap tidak toleran pihak-pihak tertentu.

Turut menyuarakan seruan untuk menghindari bentrokan antar-peradaban pada forum itu antara lain Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Menlu Marty Natalegawa, dan Utusan PBB untuk UNAOC Abdulaziz Al-Nasser. AN-MB