wisata bali

Denpasar (Metrobali.com)-

Praktisi pariwisata Nyoman Graha Wicaksana mengatakan ada kekhawatiran setelah dilakukan eksekusi terhadap dua warga Australia anggota “Bali Nine”, yakni Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, berdampak terhadap kunjungan wisatawan.

“Kami selaku pelaku pariwisata ada rasa kekhawatiran pascaeksekusi dua terpidana mati kewarganegaraan Australia dalam kasus narkoba tersebut,” katanya di Denpasar, Selasa (17/2) .

Ia mengatakan kekhawatiran itu pasti menyelimuti daerah pariwisata, khususnya di Bali. Sebab kunjungan wisatawan ke Pulau Dewata yang tertinggi berasal dari negeri Kangguru tersebut.

“Memang yang datang ke Bali adalah wisatawan Australia, tetapi dengan adanya wacana boikot warga Australia ke Indonesia, jelas hal ini berdampak pula pada kunjungan wisatawan mendatang,” katanya.

Terhadap adanya wacana atau isu boikot dari masyarakat Australia, kata dia, tidak menutup kemungkinan wisatawan negeri itu akan berpikir dua kali. Jika itu benar terjadi pihak asuransinya juga tidak akan berani memberi jaminan terhadap turis yang berlibur ke Pulau Dewata.

Wicaksana yang juga mantan Ketua LPM Kuta, mengatakan langkah tersebut Pemerintah Indonesia harus melakukan antisipasi agar tidak sampai sektor pariwisata menjadi korban.

“Kami harapkan pemerintah khususnya Pemerintah Provinsi Bali melakukan langkah-langkah antisipasi, sehingga wisatawan Australia tetap melakukan liburan ke sini. Walau ada dua warga negaranya yang terpidana mati akibat kasus narkoba,” ujarnya.

Sebelumnya, Gubernur Bali Made Mangku Pastika meminta masyarakatnya untuk tenang terkait imbas rencana eksekusi dua terpidana mati anggota “Bali Nine” terhadap penurunan kunjungan wisatawan Australia ke Pulau Dewata.

“Tenang saja tidak ada masalah. Saya yakin pengaruh ke pariwisata tidak terlalu besar. Dalam hal seperti ini, ini masalah kedaulatan dan martabat bangsa,” kata Pastika, Senin (16/2).

Terkait eksekusi mati Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, dua anggota “Bali Nine” berkewarganegaraan Australia itu, yang tidak lama lagi, Pastika berpandangan Pemerintah Australia akan cukup dewasa.

“Saya berharap Pemerintah Australia dan masyarakat Australia bisa memaklumi. Karena ini persoalan hukum, kita juga tidak bisa apa-apa,” ujarnya.

Di sisi lain, terkait seruan boikot warga Australia yang ramai diperbincangkan dari media sosial di Negeri Kangguru itu apabila eksekusi tetap dilakukan, Pastika menyatakan tidak percaya.

“Itu baru wacana, saya tidak percaya. Ya boleh saja, tapi saya pikir masing-masing negara itu punya kedaulatan, punya martabat, punya harga diri,” ucapnya. AN-MB