prabowo putih

Jakarta (Metrobali.com)-

Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto menyatakan tradisi kepemimpinan bersih dan jujur yang selama ini dilakoni almarhum Ketua Umum Gerindra Suhardi akan tetap dilanjutkan.

“Tradisi pemimpin yang bersih, tradisi pemimpin yang jujur akan diteruskan. Sekarang kita cari orang jujur di Indonesia kan langka,” kata Prabowo seusai memimpin upacara penghormatan terakhir almarhum Suhardi di Kantor DPP Gerindra, Jumat (29/8).

Dia mengisahkan Suhardi apabila pergi ke daerah dan diberikan ongkos, sisa dari ongkos yang diberikan kepadanya akan dikembalikan kepada partai.

“Dia orangnya seperti itu, tidak pernah mengeluh, orangnya sangat dekat sama rakyat,” ulas Prabowo.

Prabowo mengatakan, selama enam tahun lebih menjabat sebagai Ketua Umum Gerindra, Suhardi sudah pernah menyambangi lebih dari 400 kabupaten dari total 500 kabupaten yang tersebar di Indonesia.

Suhardi digambarkannya sebagai seorang yang tidak mencla-mencle, lurus, dan tanpa intrik.

“Orangnya lurus, tidak ada intrik, tidak mencla-mencle, yang beliau katakan, ya, itulah hati beliau. Yang sangat menonjol di kalangan kita adalah kebersihan beliau, beliau mantan Dirjen Departemen Kehutanan mungkin kalau beliau memperkaya diri juga bisa, lalu ketua partai enam tahun, tetapi hidupnya sangat sederhana,” ujar dia.

Lebih jauh Prabowo mengatakan bahwa pergantian posisi Suhardi sebagai Ketua Umum DPP Partai Gerindra akan dilakukan melalui mekanisme partai, yakni dalam kongres yang dijadwalkan berlangsung 2015.

“Mungkin sebelum itu kita akan menunjuk (ketua sementara), saya akan buka AD/ART-nya,” kata Prabowo.

Suhardi dikabarkan meninggal dunia pada hari Kamis pukul 21.40 WIB setelah sempat dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina sejak Selasa (26/8) dengan kondisi kritis karena menderita kanker paru-paru.

Jenazah Suhardi sengaja diboyong ke Kantor DPP Gerindra untuk dilakukan upacara penghormatan terakhir yang dipimpin Prabowo Subianto. Upacara penghormatan jenazah Suhardi dihadiri sejumlah kader dan politikus Partai Gerindra serta tokoh politik partai lain, di antaranya Ketua Umum PAN Hatta Rajasa beserta istri, Ketua Umum PPP Suryadharma Ali, dan politikus PDI Perjuangan Pramono Anung.

Jenazah kemudian dibawa ke Bandara Halim Perdanakusuma untuk diterbangkan ke Yogyakarta dan dimakamkan di sana.

Suhardi dilahirkan di Klaten, Jawa Tengah, 13 Agustus 1952. Dia meninggalkan istri Dr. Ir. Lestari Rahayu Waluyati, M.P. dan tiga orang anak (dua orang putra dan seorang putri).

Suhardi pernah menjabat sebagai Ketua DPD HKTI Yogyakarta. Bersamaan dengan itu dia juga pernah menjabat sebagai staf ahli Dewan Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Pertanian pada tahun 2002–2008.

Bersama beberapa rekan di HKTI Suhardi tercatat mendirikan Partai Kemakmuran Tani dan Nelayan (2003), dan menjabat sebagai Wakil Ketua Umum. Beliau juga ikut mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan menjabat sebagai ketua umum.