Nur Pamudji

Jakarta (Metrobali.com)-

PT PLN (Persero) menyatakan kesiapannya untuk membangun pembangkit listrik dengan kapasitas 15.000 megawatt dalam lima tahun ke depan yang dimulai pada 2015.

“Dari total program pemerintah membangun pembangkit listrik 35.000 MW hingga 2020, PLN hanya siap membangun 15.000 MW, selebihnya 20.000 MW akan dibangun IPP (Independen Power Producer/pembangkit listrik swasta),” kata Direktur Utama PLN Nur Pamudji di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (3/11).

Menurut Nur, program pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW akan dimulai tahun depan dengan pengerjaan akan berbeda untuk setiap jenis pembangkit listrik.

Porsi pembangunan pembangkit antara PLN dan swasta tersebut masih bisa berubah, tergantung kondisi dan jenisnya antara PLTA atau PLTGU.

Ia menjelaskan, biaya pembangunan pembangkit listrik sekitar 1,5 juta dolar AS per MW.

“Itu baru pembangkitnya, karena dalam implementasinya juga harus dibangun jaringan transmisinya,” ujarnya.

Adapun biaya transmisi jauh lebih murah dibanding pembangkit, misalnya transmisi Palembang ke Riau itu berkisar 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp10 triliun.

“Kontruksinya mulai 2015 dengan masa pembangunan PLTU sekitar lima tahun. Sedangkan PLTA lama pembangunannya tergantung ukurannya bisa sampai tujuh tahunan,” kata Nur.

Ia menambahkan, pembangunan pembangkit listrik merupakan salah satu upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Harus ada tambahan pasokan listrik. Nantinya PLN akan lebih banyak membangun pembangkit listrik tenaga batu bara,” tambahnya.

Untuk mengejar kebutuhan listrik nasional, Presiden Joko Widodo menginstruksikan pembangunan pembangkitan listrik dengan kapasitas hingga 35.000 MW dalam lima tahun, dari kapasitas listrik terpasang yang baru mencapai 40.000 MW. AN-MB