Denpasar (Metrobali.com)-

Kesenian dari lereng gunung Sumbing, Magelang Jawa Tengah itu cukup menghentak ketika tampil di PKB membawakan kesenian kuda lumping dengan mengambil kisah Klana Swandana, yang adalah kisah sang raja Sanggalangit yang kehilangan istri, diculik oleh para durjana (raksasa ) namun akhirnya bisa kembali lagi kepangkuan sang Raja.

Ratno, ketua kesenian denagn anggaota 40 orang itu melanjutkan kisah tampilan keseniannya, yang mana setelah sempat kehilangan istri tercintanya, sang raja Sanggalangit sempat seperti orang kehilangan akal sehat. Hingga sempat seperti orang tidak waras lagi. Akhirnya ketika raja mulai bisa berpikir jernih, ia mengutus senopatinya, Wiroyudha, untuk mencari istrinya. Alkisah sang istri raja yang diculik oleh para raksasa, ketika bertemu dengan senopati Wirayudaha, maka terjadi perang tanding seru yang pada puncaknya dimenangkan oleh Wiroyudha. “ Untuk para kuda lumpingnya kita kemas sebagai pasukan perang dari senopati Wirayudha yang ikut berperang dengan para raksasa, “ jelas Ratno dan Dedy, asistennya.

Sementara pentasnya sendiri yang digelar di kalangan Angsoka, mendapat kunjungan dari penonton yang melimpah. Aksi para penarinya yang lincah dengan sesekali diringi beberapa lagu Jawa oleh para penabuhnya, seperti lagu Numpak Perahu layar (naik perahu layar) karya dalang legendaris wayang kulit , (alm) Ki Nartosabdho, mendapat apresiasi dari para penonton.

Catatan rata-rata yang ada, bahwa setiap penampilan kesenian dari manapun saat tampil di PKB setidaknya cukup mendapat atensi besar dari pengunjung.” Terlebih bila tampilan yang menjadi primadona seperti gong kebyar, joged bumbung dan lainnya itu, pononton luar biasa full, nyaris tak bisa disibak, “ ujar Mantara Gandhi, kepala UPT Taman Budaya. HP-MB