Denpasar (Metrobali.com)-

Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Denpasar menuding sejumlah sekolah negeri di ibu kota Provinsi Bali itu mengingkari kesepakatan mengenai kuota penerimaan siswa baru.

“Sekolah negeri seenaknya sendiri menentukan jumlah murid baru. Ini menyalahi kesepakatan antara sekolah swasta dan sekolah negeri yang disaksikan oleh Disdikpora,” kata Ketua Perkumpulan Pembina Lembaga Pendidikan PGRI Denpasar, I Nengah Madiadnyana, Jumat (19/7).

Akibat sekolah negeri menerima siswa baru melebihi kuota, sekolah swasta justru kekurangan siswa.

“Bahkan ada sekolah swasta yang menerima siswa baru hanya 60 persen dari kapasitas jumlah bangku yang tersedia,” katanya.

Begitu pula 22 sekolah di bawah PGRI Denpasar, mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama hinggga sekolah menengah atas yang pada tahun pelajaran 2013/2014 hanya menerima 5.258 siswa baru.

Jumlah itu berkurang 961 orang jika dibandingkan dengan jumlah siswa baru yang diterima tahun sebelumnya yang mencapai 6.219 orang.

Sembilan SMP PGRI pada tahun ini hanya menerima 1.939 siswa baru, sedangkan tahun lalu 2.669 orang.

Empat SMA PGRI tahun ini hanya mendapat 452 siswa baru, padahal tahun lalu mencapai 548 siswa baru.

Tujuh SMK PGRI tahun ini hanya kebagian 2.687 siswa baru, sedangkan tahun lalu 2.819 orang.

“Hanya TK dan SD di bawah PGRI jumlah siswa barunya stabil,” kata Madiadnyana.

Di lain pihak, SMP Negeri 1 Denpasar yang kapasitasnya 192 siswa mampu menerima 492 siswa baru. SMA Negeri 1 Denpasar dengan daya tampung 320 siswa baru, ternyata tahun ini menerima 513 siswa baru.

“Kondisi itu sebenarnya menyulitkan semua kepala sekolah. Kepala sekolah negeri bingung menghadapi siswa baru yang tidak sebanding dengan jumlah tenaga pengajar, sarana, dan prasana, sedangkan kepala sekolah swasta bingung akibat sedikit mendapatkan siswa baru yang berpengaruh pada kekhawatiran akan mutu pendidikan pada masa mendatang,” katanya.