Denpasar  (Metrobali.com) –

Petugas Rehabilitasi di Klinik Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) RSUP Sanglah Denpasar mengakui pengguna narkotika cenderung malas melakukan pengobatan dan konsultasi.

“Selama ini banyak pasien yang sudah melakukan rehabilitasi dua hingga tiga kali justru malas melanjutkan pengobatan dengan berbagai alasan diataranya takut ditangkap pihak berwajib,” kata Sekretaris Klinik NAPZA RSUP Sanglah Denpasar, dr Luh Nyoman Alit Aryani, di Denpasar, Senin (20/10).

Ia menuturkan bahwa rata-rata dalam sebulan didatangi sebanyak 80 hingga 90 pasien untuk melakukan rehabilitasi. Kemudian, dengan rata-rata usia 18-65 tahun.

Untuk jumlah kunjungan pasien rehabilitasi masih jauh dari yang diharapan karena masih banyaknya pengguna barang haram tersebut.

Sementara itu, untuk jenis narkotika yang lebih banyak dikonsumsi pasien yakni jenis sabu-sabu. “Karena sabu-sabu lebih gampang didapat sehingga mereka beralih ke barang tersebut,” katanya.

Pihaknya sudah merahasiakan identitas pasien yang menjalani rehabilitasi tersebut sehingga tidak kan ditangkap oleh petugas apabila benar-benar ingin sembuh total.

“Saya menyayangkan hal-hal tersebut karena dengan melakukan rehabilitasi secara rutin , ketergantungan obat bisa diatasi,” ujarnya.

Pihaknya menuturkan bahwa banyak pasien yang ditangani di pusat rehabilitasi tersebut suah terbebas dari narkoba.

“Meskipun waktu untuk sembuh cukup panjang, kami tetap menyarankan saat mengalami keluhan untuk memakai narkoba agar segera melakukan konsultasi,” ujarnya.

Selain itu pihaknya mengakui dalam menangani pasien rehabilitasi juga mengalami kendala yakni para pecandu sering mengalami penurunan daya pikir.

Pihaknya mengharapkan kesadaran para pengguna narkotika semakin tinggi untuk melakukan rehabilitasi di klinik terdekat untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut.

“Apabila kesadaran tersebut sudah mulai tumbuh, kemungkinan untuk sembuh terbuka,” ujarnya. AN-MB