gadget-anak-
Jakarta (Metrobali.com)-
Pemerhati perempuan dan anak Deisti Astriani Tagor mengatakan permainan digital dapat membuat anak menjadi sulit bersosialisasi atau asosial dan hilang kreativitasnya.

“Anak-anak cenderung tumbuh menjadi asosial, hilang kreativitas, dan hilang jiwa pertemanan, saling berbagi dan sebagainya,” ujar Deisti di Jakarta, Senin.

Permainan digital juga membuat pertumbuhan anak menjadi terganggu. Dia menjelaskan di luar negeri, anak yang berumur di bawah lima tahun tidak diperkenankan memegang “gadget” atau melakukan permainan digital di gawai. Tujuannya agar anak dapat berinteraksi dengan teman sebayanya.

Kondisi sebaliknya, terjadi di Tanah Air yang mana para orang tua berlomba – lomba memberikan anaknya gawai.

“Orang tua harus menyadari bahwa anak di bawah lima tahun belum memerlukan gawai. Lebih baik bermain permainan tradisional bersama teman-temannya,” jelas Ketua Umum Ikatan Istri Partai Golkar (IIPG) itu.

Permainan anak-anak tradisional mengedepankan olah tubuh, kreativitas, persaudaraan, dan ikatan emosional (simpati dan empati).

“Memang permainan digital mempunyai keunggulan yang diminati anak-anak dari aspek hiburan, kekinian dan kecanggihan teknologi, tetapi yang paling baik untuk pertumbuhan anak tetap permainan tradisional,” kata dia.

Deisti menyambut baik adanya Festival Layang-layang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional di Purwakarta, Jawa Barat, akhir pekan lalu.

Melalui festival, dia berharap dapat mengembalikan minat anak-anak khususnya di usia sekolah dasar untuk mencintai permainan tradisional.

Dalam permainan layang-layang selain unsur hiburan, anak-anak akan didekatkan dengan alam, mulai dari proses pembuatannya yang menggunakan bambu sebagai bahan utama layang-layang, bermain di cuaca yang cerah, tiupan angin, yang pada akhirnya diharapkan dapat mencintai bumi ini dengan usaha-usaha melestarikannya. ANT