Denpasar (Metrobali.com)-

Editor adalah figur kunci dalam perkembangan kreatif sebuah film. Terlebih dalam film dokumenter di mana struktur final film beserta suaranya sebagian besar muncul dalam proses editing. Karena itu, sangat penting bagi seorang editor untuk menguasai ilmu, teknik, dan teknologi dalam editing yang berkembang pesat seiring kemajuan zaman.

Demikian uraian Sastha Sunu, Dosen Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta (IKJ), pada Pelatihan Produksi Film Dokumenter yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Kota Denpasar di Inna Bali Hotel Denpasar Jumat-Sabtu (14-15 Juni) lalu. Menurut Sastha, Seorang editor film dokumenter dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan zaman yang memengaruhi teknologi editing dan memunculkan berbagai gaya penuturan dalam film dokumenter.

 “Gerak teknologi begitu cepat. Itu berimplikasi pada gaya komunikasi masyarakat. Editor film dokumenter harus memahami benar hal itu. Karenanya setelah menguasai ilmu-ilmu dasar editing, dia dituntut untuk selalu belajar dan belajar. Terutama membaca gerak dan tanda-tanda peradaban,” papar Sastha yang baru saja dinobatkan sebagai Editor Terpuji pada Festival Film Bandung 2013 untuk film “5 cm”.

Pada bagian lain, kepada peserta Sastha menekankan bahwa Editor merupakan saringan pertama dari apa yg hendak diucapkan Sutradara sebelum sampai kepada khalayak. Editorlah yang menjadi tester pertama apakah pesan Sang Sutradara akan dapat dipahami dan diterima khalayak atau tidak. Oleh sebab itu dalam mengedit gambar-gambar yang dihasilkan sutradara beserta kru nya dalam proses produksi, Editor harus menghadapinya dengan pikiran yang lugu. Menurut Sastha, bersikap

lugu dalam hal ini akan membuat Editor memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga ia pun akan mempertanyakan setiap hal yang menarik dari gambar-gambar yang disodorkan padanya.

 “Keluguan seperti seolah-olah baru pertama kali menjumpai apa yang tampak dalam gambar, membuat Editor dapat membantu sutradara untuk menjawab apa yang ingin dan patut diketahui penonton” papar Sunu.

Sastha Sunu adalah salah seorang editor film ternama di Indonesia. Ia telah mengedit tak kuran dari 33 Judul film layar lebar antara lain”Ca Bau Kan”, “Ayat-ayat Cinta”,  “Gie”, “5cm”, “Eliana-Eliana”, dan “Eiffel, I’m in Love”. Ia juga telah mengedit 17 film dokumenter dan film pendek. Semua itu membuatnya dinobatkan sebagai Editor Terpilih dalam Jakarta Film Festival 2007 dalam film “The Photograph” dan

Editor Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2004 dalam film “Perayaan Besar”.

Dimintai komentarnya tentang kelangkaan editor film dokumenter di daerah dan cara mengatasinya, Sastha mengatakan bahwa hal itu tak hanya problem daerah, bahkan di Jakarta pun demikian.  “Hal ini bisa diatasi dengan banyak pelatihan, pementoran, dan coaching clinic,” tutupnya. RED-MB