perkebunan di bedugul bali

Denpasar (Metrobali.com)-

Sub sektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) di Provinsi Bali dalam pembentukan nilai tukar petani (NTP) perannya turun sebesar 0,66 persen dari 110,13 persen pada Juli 2014 menjadi 109,41 persen pada Agustus 2014.

“Kondisi demikian akibat turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,35 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Sabtu (6/9).

Ia mengatakan, turunnya indeks yang diterima petani akibat berkurangnya harga sejumlah komoditas seperti tembau 10 persen, kelapa 3,51 persen dan cengkeh 1,94 persen.

Sementara kenaikan indeks harga yang dibayar petani berkat naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,40 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,03 persen.

Panasunan Siregar menambahkan, hasil sensus pertanian 2013 menunjukkan, pengembangan sub sektor perkebunan dan peternakan menjadi andalan petani Bali, karena kedua sektor itu mampu memberikan kontribusi pendapatan terbesar bagi rumah tangga petani di Pulau Dewata.

Kedua sektor andalan itu secara makro memberikan kontribusi sebesar 51,30 persen dari total pendapatan petani rata-rata sebesar Rp11,97 juta per rumah tangga tani setahun.

Khusus sektor perkebunan melibatkan 220.893 rumah tangga, paling banyak terdapat di Kabupaten Buleleng, Karangasem dan Tabanan serta enam kabupaten/kota lainnya secara merata.

Panusunan Siregar menjelaskan subsektor perkebunan rakyat merupakan salah satu dari lima komponen pembentukan NTP Bali. Dari lima komponen itu dua di antaranya mengalami kenaikan dan tiga terjadi penurunan.

Kedua komponen yang mengalami kenaikan adalah sub sektor tanaman pangan dan subsektor hortikultura.

Sementara tiga komponen lainnya yang mengalami penurunan selain tanaman perkebunan rakyat juga subsektor peternakan dan perikanan, ujar Panusunan Siregar. AN-MB