perkebunan

Denpasar (Metrobali.com)-

Subsektor tanaman perkebunan rakyat dalam pembentukan nilai tukar petani (NT) di Bali andilnya meningkat 1,62 persen dari 104.32 persen pada Februari 2014 menjadi 106,01 persen pada Maret 2014.

“Kondisi tersebut berkat naiknya indeks yang diterima petani sebesar 2 persen lebih tinggi daripada kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,37 persen,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Minggu (6/4).

Kenaikan indeks yang diterima petani, menurut dia, didorong oleh meningkatnya harga komoditas kopi sebesar 5,09 persen, tembakau 2,47 persen, serta biji mete, nilam, dan kapas masing-masing 2 persen.

Sementara itu kenaikan indeks harga yang dibayar petani berkat naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,44 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,16 persen.

Panusunan Siregar menjelaskan bahwa subsektor tanaman pangan merupakan salah satu dari lima komponen pembentukan NTP Bali. Dari lima komponen itu, tiga di antaranya mengalami kenaikan dan dua menunjukkan angka penurunan.

Ketiga komponen yang mengalami kenaikan selain subsektor tanaman perkebunan, juga subsektor hortikultura dan suksektor peternakan. Dua sektor yang mengalami penurunan meliputi tanaman pangan dan subsektor perikanan.

NTP Bali pada bulan Maret 2014 sebesar 104,33 persen, naik 0,76 persen dibanding bulan sebelumnya yang hanya 103,55 persen. Kondisi itu lebih tinggi daripada rata-rata NTP tingkat nasional yang tercatat 101,86 persen, ujar Panusunan Siregar. AN-MB