uang palsu

Denpasar (Metrobali.com)-

Bank Indonesia (BI) mendata temuan uang palsu di Provinsi Bali dan Nusa Tenggara berkurang pada periode triwulan III-2014, yakni 986 lembar, lebih sedikit dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 1.001 lembar.

“Berkurangnya temuan uang palsu di daerah ini berkat sosialisasi ciri-ciri keaslian rupiah yang gencar dilakukan kepada masyarakat dan pelaku usaha,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Bali dan Nusa Tenggara Benny Siswanto di Denpasar, Rabu (10/12).

Hasil survei BI menunjukkan keamanan bertransaksi nontunai menjadi faktor utama bagi masyarakat, diikuti kemudahan transaksi dan interoperabilitas antarpenyedia jasa transaksi keuangan dan ini mampu menimbulkan rasa aman dari tindakan kriminal seperti pemalsuan uang.

Koordinasi dan konsolidasi yang kuat antarotoritas dan penegak hukum juga pengenaan sanksi tegas yang memberi efek jera pelaku akan mengurangi berbagai kejahatan pemalsuan uang, disamping masyarakat sendiri cepat tanggap jika ada tanda-tanda mencurigakan pada uang rupiah.

Ia menjelaskan kepolisian di sejumlah kota besar di Indonesia rata-rata menangkap pemalsu uang setiap harinya. Mereka biasanya menjamur menjelang Lebaran, Natal, dan Tahun Baru, oleh sebab itu masyarakat maupun plaku usaha tetap waspda.

Bank Indonesia terus berkomitmen dalam meningkatkan kualitas uang layak edar di masyarakat, dengan menarik dan memusnahkan uang kertas yang kondisinya sudah lusuh atau rusak dengan menggantikannya dengan uang rupiah yang layak edar.

Penyediaan uang layak edar tersebut dilakukan dengan kegiatan penukaran uang kertas oleh bank Indonesia, termasuk kas keliling yang dilakukan di semua kabupaten dan kota termasuk ke masyarakat Nusa Penida yang kondisinya terpisah dari daratan Bali.

Sumarni, salah satu kasir pada sebuah super market di Denpasar, mangaku pihaknya ektra hati-hati karena uang palsu yang ada terakhir ini teknologinya sudah bagus. Diraba pun, uang itu hampir sempurna. Setelah diterawang, baru ketahuan palsu. AN-MB