Ilustrasi

Oleh I Ketut Puspa Adnyana

“ Om Hyang Paramakawi karuniaMu telah melimpah. Om para leluhur yang mulia yang bersemayam dalam damai. Ampunilah hamba telah berani menceritakan lagi ajaranMu yang mulia, yang sangat mungkin keliru dalam memahami, mengerti dan menarasikan. Tuntunlah hamba untuk menjadi abdiMu”.

Mahayuga terdiri atas Satyayuga, Tretayuga, Dwaparayuga dan Kaliyuga. Masa kehidupan kita ini diyakini sebagai Kaliyuga, yang mulai pada tahun 3012 sebelum masehi ketika Raja Parikesit dinobatkan menjadi raja Hastinapura. Berdasarkan keterangan dalam Maha Purana pada bagian penjelasan mengenai Manwantara, dalam satu kalpa terdapat 14 Manwantara, kita sekarang berada pada Manwantara ke 7. Telah lewat 6 manwantara dan kita menanti 7 manwantara yang akan datang, karena itu Mahapralaya (disebut kimat oleh yang lain) masih sangat jauh. Masih ada kesempatan untuk terus menjaga dharma sebelum Kalky Awatara turun.

Dalam berbagai pustaka suci seperti Maha Purana, Bhagawad Gita, Slokantara, Sarasamuscaya dan lainnya kelompok dharma smerthi, mahayuga digambarkan sebagai dharma berkaki 4. Satyayuga berkaki 4 artinya dharma dilaksanakan secara utuh 100%. Tretayuga berkaki 3 artinya 25% dharma tidak dilaksanakan. Dwaparayuga berkaki 2 artinya 50% dharma tidak dilaksanakan, dan Kaliyuga berkaki 3 artinya 75% dharma tidak dilaksanakan. Ahklak dan moral manusia menurun, namun masih tetap ada orang orang yang teguh dan percaya pada dharma. Namun sebenarnya sistem tata surya alam semesta juga mengalami penurunan, karena buana agung dan buana alit selalu membangun keterkaitan yang berimbang.

Karena itu harus dimaklumi bahwa pada zaman sekarang ini penyangkalan penyangkalan terhadap dharma terus meningkat. Kepalsuan, kebohongan dan penghianatan menjadi ciri dari zaman ini. Namun demikian masih ada 25% orang orang yang tekun dalam menjalani dharma. Mereka inilah nantinya pembawa berita pentingnya memelihara kerpercayaan dan keteguhan akan kebenaran dan kemuliaan Weda.

Dijelaskan dalam Bhagawad Gita dan dicontohkan kisah kisahnya dalam Maha Purana orang orang yang ingkar dan akibatnya serta orang orang yang percaya dan teguh serta pahalanya. Pengetahuan, kepercayaan dan lainnya yang tidak bersumber dari Weda akan membawa penderitaan karena kebodohan. Pengetahaun dan kepercayaan yang tidak bersumber dari ajaran Weda akan musnah dengan sendirinya. Bahkan Tuhan Sri Wisnu akan turun ke dunia menjelma sebagai awatara untuk menyelematkan dharma.

Yang dibutuhkan adalah kemakluman terhadap situasi sekarang ini. Jangan gelisah dan kawatir. Menanti kedatangan awatara Kalky masih sangat jauh. Karena itu berperan dalam 25% jalan dharma adalah langkah yang tepat. Tetap percaya dan teguh dalam ajaran Weda dan jangan goyah.

Terkait dengan kepercayaan terhadap Weda, ada dua istilah yang penting diketahui yaitu ASTIKA dan NASTIKA. Astika artinya percaya dengan kebenaran ajaran Weda yang dipelajari mulai dari Sruthi dan Smerthi dan dharma sastra. Nastika adalah penyangkalan terhadap kebenaran ajaran Weda. Dalam Rgweda dan diperjelas dalam Bhagawad Gita serta kisah kisah yang disebutkan dalam Maha Purana bahwa orang orang Nastika pastilah masuk dalam lembah kegelapan, penderitaan dan kehancuran. Tidak ada prayastihta yang dapat dilakukan untuk menebus kesalahannya.

Hukuman mereka yang beralih dari Astika ke Nastika sudah jelas, lebih berat dari Maha Pataka membunuh Brahmana atau membunuh Guru. Nastika akan mengantarkan umat pada penyangkalan dharma, dan akan membawa mereka pada kehidupan yang tidak teratur mulai dari kehidupan sekala dan niskala. Niskala terkait dengan kewajiban kewajiban pada para leluhur, kewajiban pada tri Rnam, dan Panca Yajna serta keutamaan keluarga sukinah bhawantu.Orang orang yang beralih (konversi) tidak memiliki kesempatan untuk berbhakti kepada leluhurnya. Tidak ada karma buruk yang lebih berat dari perpindahan astika ke nastika. Demikian disebutkan dalam ajaran Weda. Mohon maaf bila salah dalam memaknai, memahami dan menarasikannya kembali.

Semoga semua mahluk berbahagia