Gianyar, (metrobali.com)
Beredarnya beberapa spanduk yang terpasang di beberapa titik di Desa Lebih  menuding adanya KKN serta nepotisme oleh Perbekel Lebih pada Minggu (29/3/20200 akhirnya dijawab oleh Perbekel Lebih, Ni Wayan Geria Wahyuni, Senin (30/3/2020). Dirinya menegaskan bahwa proyek senderan serta taman yang akan dibuat sebagai ikon Desa Lebih ini sudah sesuai dengan prosedur, bahkan dikatakan bahwa sudah dilakukan beberapa kali pembahasan terkait proyek tersebut.
Saat ditemui awak media di Kantor Perbekel Desa Lebih, Senin (30/3/2020) siang, Perbekel Lebih Ni Wayan Geria Wahyuni mengatakan bahwa proyek senderan dan taman yang memicu protes melalui spanduk tersebut sudah sesuai prosedur. Namun memang berita acara pelaksanaan kegiatan proyek tersebut masih belum dapat tanda tangan dari Ketua BPD Lebih yang dikarenakan BPD Lebih masih meminta perjanian pengakuan tanah tersebut.
“Pembahasan proyek tersebut sudah melalui beberapa kali rapat dan pembahasan, bahkan sesekali kami melibatkan pihak dari Desa Serongga karena wilayah tersebut memang langsung berbatasan dengan Desa Serongga,” ujarnya.
Saat ditanya mengenai lokasi proyek senderan dan taman tersebut, Geria Wahyuni memang tidak menampik lokasi dari  proyek tersebut berada di wilayah Desa Serongga. “Kalau terkait nike memang benar lokasi proyek tersebut masuk kedalam wewidangan atau wilayah Desa Serongga, namjun pemilik dari lahan atau tanah tersebut adalah keluarga saya,” ucapnya.
Sedangkan RAB (rencana anggaran biaya) proyek senderan tersebut, sekitar Rp 230 dan taman sekitar Rp 87 juta. Pihak keluarganya menghibahkan tanah 5 meter, sebagai apresiasi kepada desa yang sudah menyender. Selain itu, pihak keluarganya juga memberikan pemakaian tanah di lokasi proyek itu selama tiga tahun. ‘’Di tanah yang disumbangkan keluargannya, sepanjang lima meter dari bibir senderan akan digunakan untuk membuat ikon desa,” ungkapnya.
Ditanya apakah proyek tersebut akan dilanjutkan, setelah ada protes dari warga? Ia mengatakan tergantung hasil rapat dengan BPD, yang akan dilaksanakan nanti malam Pukul 19.00 wita. “Tergantung hasil rapat dengan BPD. Kita tunggu hasil rapatnya,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua BPD Lebih I Wayan Wijaya mengatakan, karena dirinya menuntut kejelasan status lahan tersebut, belakangan ini jarang diajak rapat. Padahal, pihak BPD minta diadakan rapat untuk pembahasan terakhir pembangunan senderan dan taman tersebut. Pihaknya mengagendakan paha hari Jumat sebelum Nyepi. Tetapi kenyataanya sampai sekarang tidak ada rapat lagi. “Anehnya, belum ada pembahasan terakhir, kok proyek sudah jalan,” ujarnya.
Agar tidak ada polemik di desanya, selaku BPD, pihaknya akan koordinasi dengam perbekel. “Kita juga ingin tahu perjanjian dengan pemilik lahan dan juga kesepakatan dengan Desa Serongga lokasi proyek tersebut,” ungkapnya.
Mengenai kelanjutan proyek tersebut, Wijaya mengatakan, malam ini, di kantorl desa akan ada rapat Perbekel, BPD dan tokoh masyarakat membahas masalah Virus Corona. Saat rapat itu, pihaknya akan bahas kelanjutan proyek senderan tersebut. “Tunggu aja hasil rapat nanti malam. Tergantung keputusan anggita Bos dan juga tokoh masyarakat,” pungkasnya. (Ctr)