Ilustrasi

Oleh : Gde Sudibya
Hari ini, Sabtu, 30 Januari 2021, merupakan rainan Saraswati, bagi umat Hindu di Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya di manapun mereka berada. Perayaan dalam pengertian umum dihubungkan dengan turunnya Devi Saraswati simbolik Tuhan sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Banyak tafsir mengenai Devi Saraswati. Di samping berkembang pemahan lain, Devi Caraswati: simbolik aliran pengetahuan rohani tanpa henti dari Tuhan , the eternal flow of spiritual knowledge, yang nyaris punya pengertian mirip dengan aliran kebenaran yang abadi, Sanatana Dharma. Nama otentik dari agama Hindu.
Berdasarkan makna pada perayaan hari Saraswati, bagi para bhakta yang tekun menjalankan laku kehidupan, terbuka peluang besar untuk menumbuh-kembangkan kecerdasan spiritual, dan secara simultan mengembangkan kecerdasan: fisik, intelektual dan emosionsinal. Yang oleh para ahli prilaku: psikolog, manajemen prilaku disebut dengan kecerdasan holistik: SQ, PQ, IQ dan EQ.
Pengembangan kecerdasan holistik ini, secara sederhananya akan melahirkan kualifikasi diri yang antara lain bercirikan: hening-bening dalam pemikiran dan pikiran, vitalitas hidup dan kehidupan yang terjaga, komitment kehidupan yang kuat, disiplin diri yang terjaga, kesehatan secara fisik, kecerdasan secara intelektual dan emosional. Kualifikasi kepribadian yang sangat diperlukan dewasa ini, dalam fenomena kehidupan yang bercirikan: merosotnya akal sehat dan juga kecerdasan.
Banyak realitas yang menggambarkan fenomena ini, merosotnya akal sehat dan juga kecerdasan :
a. Era yang disebut sebagai: the end of expertise, berakhirnya era kepakaran, dengan hadirnya internet is every things, telah melahirkan fenomena umum dalam kedangkalan berpikir, pemikiran dan prilaku instan, quick yielding, yang berdampak terhadap pengembangan akal sehat dan
kecerdasan.
b. Komunikasi di media sosial, yang nyaris hiruk pikuk dengan: kebohongan, hoax dan sejenisnya. Begitu juga berita, ulasan, analisa yang sarat rekayasa dan kebohongan, tendensius, yang secara sengaja dilakukan dengan target-tearget tertentu.
c. Arus komunikasi yang mengalami kualitas yang merosot, antara lain juga akibat sebagian komunikan hanya mencari informasi dan sejenisnya, untuk menguatkan pendapat dan keyakinannya tidak peduli informasi yang dimaksud benar ataupun salah.
Sebagai perenungan di Hari Saraswati ini dalam realitas kehidupan, dengan fenomema: merosotnya akal sehat dan juga kecerdasan, kita dapat merujuk pada salah satu bait dalam sebuah Upanisad: jika keserakahan menguasai manusia, langit akan runtuh, dimulai dari keruntuhan kecerdasan manusia. Fenomenanya tampak dalam ke seharian kita, yang
menggambarkan anomali ( kekacauan peran dalam masyarakat ), yang nantinya akan memerosotkan peradaban dan kebudayaan.
Tentang Penulis
I Gde Sudibya, konsultan ekonomi dan manajemen, ketua FPD ( Forum Penyadaran Dharma ), Denpasar.