transportasi laut

Jakarta (Metrobali.com)-

Organisasi Supply Chain Indonesia menyatakan, peranan transportasi laut di Indonesia masih belum optimal sehingga pemerintahan mendatang diharapkan segera mengerahkan upaya untuk lebih memberdayakannya.

“Pada saat ini peranan transportasi laut masih belum optimal yang dapat dilihat dari peningkatan volume barang domestik yang melalui pelabuhan-pelabuhan di Indonesia yang rendah,” kata Ketua Supply Chain Indonesia Setijadi, Minggu (3/8).

Menurut dia, rata-rata pertumbuhan volume kargo domestik yang dimuat di lima pelabuhan utama Indonesia (Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Balikpapan, dan Makassar) dalam lima tahun terakhir hanya sebesar 3,49 persen per tahun.

Bahkan, volume kargo domestik yang dibongkar turun rata-rata sebesar 0,43 persen per tahun.

“Peningkatan volume yang signifikan hanya terjadi di Pelabuhan Tanjung Priok, yaitu peningkatan kargo domestik yang dimuat sebesar 12,56 persen per tahun dalam periode tersebut,” lanjutnya.

Pada tahun 2013, jumlah kargo domestik yang dimuat di kelima pelabuhan utama tersebut sebesar 35,6 juta ton, sedangkan total volume barang yang dibongkar sebesar 43,8 juta ton.

Ia berpendapat, pertumbuhan arus barang melalui pelabuhan-pelabuhan yang rendah terutama disebabkan oleh kinerja pelabuhan-pelabuhan yang terkendala oleh kondisi infrastruktur. “Kedalaman kolam beberapa pelabuhan di Indonesia, misalnya, hanya sekitar 6 meter, sehingga kapal berukuran besar yang bisa mengangkut barang secara lebih efisien tidak bisa berlabuh di pelabuhan tersebut,” ucapnya.

Sebagai perbandingan, ujar dia, pelabuhan-pelabuhan di Singapura dan Malaysia memiliki kedalaman kolam lebih dari 16 meter.

Selain itu, ia mengingatkan bahwa dermaga pelabuhan relatif pendek dan kendala fasilitas kepelabuhanan, terutama jumlah dan kapasitas peralatan bongkar muat yang secara teknis sudah tidak memadai.

Sebelumnya, Ekonom Citibank Indonesia Helmi Arman mengemukakan, pemerintahan mendatang hasil dari Pemilihan Umum 2014 perlu melakukan penguatan sektor berorientasi ekspor dan infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Dengan pertumbuhan global yang melambat, reformasi struktural dibutuhkan untuk mempertahankan pertumbuhan perekonomian di atas lima persen. Diperlukan penguatan sektor-sektor berorientasi ekspor sebagai sumber devisa,” kata Helmi Arman dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (15/7).

Karena itu, ujar dia, perlu pula penguatan pembangunan infrastruktur yang lebih baik pada periode 2014-2019 untuk menunjukkan bangkitnya investasi dan perekonomian negara. Apalagi, ia mengingatkan bahwa dengan sorotan dan perhatian yang diberikan oleh masyarakat internasional, Pilpres 2014 juga bisa memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk mengukuhkan posisinya di mata dunia. AN-MB