ISIS

Surabaya (Metrobali.com)-

Pengamat hubungan internasional Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Basis Susilo menilai “travel warning” yang dikeluarkan pemerintah AS dan Australia untuk warganya di Surabaya dan Bali mengacu pada aksi teroris ISIS.

“Saya kira AS dan Australia mempunyai instrumen yang akurat terkait gejala terorisme di Surabaya dan Bali, apalagi ratusan warga Surabaya diisukan sudah bergabung dengan ISIS,” katanya kepada Antara di Surabaya, Rabu (14/1).

Menurut Basis Susilo yang juga Dekan Fisip Unair Surabaya itu, “travel warning” dari AS dan Australia tak perlu diragukan akurasinya, tapi bisa jadi “travel warning” itu membuat pihak teroris (ISIS) menjadi “tiarap” dan membatalkan niatnya atau sekadar menunda.

“Karena itu, saya kira kita perlu waspada saja, tapi kita juga tidak perlu terlalu panik, bahkan kalau perlu meminta data dari pihak AS dan Australia untuk antisipasi, sebab bisa jadi aksi teroris itu mendahului ‘travel warning’ seperti Bom Bali,” katanya.

Ditanya kemungkinan “travel warning” itu terkait dengan aksi penyerangan kantor majalah satir “Charlie Hebdo” di Eropa, Basis Susilo menilai kemungkinan itu sangat kecil, karena aksi teroris di Indonesia berbasis “jihad” dengan makna yang melenceng, bukan berbasis pelecehan agama.

“Kalau dikaitkan dengan kasus ‘Charlie Hebdo’ itu saya kira terlalu jauh, karena faktor akurasinya dengan fakta yang ada di sini sangat rendah, jadi lebih dekat pada kaitannya dengan teroris yang aksinya dijalankan ISIS,” katanya.

Sebelumnya, Kedubes AS menyatakan melindungi warga negara AS di luar negeri merupakan salah satu prioritas tertinggi Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, karena itu pihaknya memberikan informasi terbaru terkait dengan keamanan serta pertimbangan lainnya yang perlu diketahui oleh warga negara AS ketika bepergian ke luar negeri.

“Kami sangat menganjurkan warga negara AS yang tinggal di luar negeri atau sedang bepergian ke luar negeri untuk mendaftar di the Smart Traveler Enrollment Program (STEP) guna menerima informasi terkini terkait keamanan dan keselamatan dari Kedubes,” kata Juru Bicara Kedubes AS.

Peringatan Keamanan pada 3 Januari 2015 itu mengingatkan warga negara AS akan potensi ancaman terhadap bank-bank dan hotel-hotel terkait dengan AS yang ada di Surabaya, Jawa Timur.

Selang beberapa hari, Australia pun mengeluarkan “travel warning” serupa, tapi bila “travel warning” dari AS itu untuk Surabaya, maka “travel warning” dari Australia untuk wilayah Surabaya dan Bali.

Menanggapi “travel warning” itu, Kapolri Jenderal Pol Sutarman menjamin Indonesia saat ini, khususnya Surabaya, dalam kondisi aman terkendali, karena itu tidak perlu ada kekhawatiran.

“Saya pastikan Indonesia aman, tidak ada ancaman apa pun di Surabaya maupun di Jawa Timur,” katanya di sela mengunjungi keluarga korban pesawat AirAsia di Rumah Sakit Bhayangkara, Mapolda Jatim (5/1). AN-MB