jokowi-prabowo-2 (1)

Jakarta (Metrobali.com)-

Tim sukses capres dan cawapres nomor urut satu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa tidak menyiapkan data yang dibutuhkan untuk menghadapi debat terakhir, kata pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti.

“Kalau diperhatikan, mungkin timsesnya tidak menyiapkan data dan pertanyaan yang tepat untuk menghadapi debat kali ini,” ujar Ikrar Nusa Bhakti dihubungi di Jakarta, Sabtu (5/7) malam.

Ikrar mengatakan pertanyaan Hatta kepada capres Joko Widodo atau Jokowi soal mengapa Solo tidak pernah mendapat penghargaan Kalpataru, ditanggapi dingin, karena ternyata yang dimaksud adalah Adipura.

“Sangat disayangkan hal itu bisa terjadi, apakah tim suksesnya tidak tahu beda Kalpataru dan Adipura, sehingga Hatta menanyakan hal itu, yang akhirnya enggan dijawab cawapres Jusuf Kalla (JK),” ujar Ikrar.

Seperti diketahui, Kalpataru adalah penghargaan yang diberikan kepada perorangan atau kelompok atas jasanya dalam melestarikan lingkungan hidup di Indonesia.

Sementara Adipura adalah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan.

“Prabowo-Hatta bahkan tidak diberi data bahwa saat menjadi Wali Kota Solo, Jokowi mendapat penghargaan Green City, karena dianggap berhasil mengembangkan kebijakan yang prolingkungan untuk segala aspek pembangunan,” kata Ikrar.

Selain itu, lanjutnya, pertanyaan Prabowo tentang ekstensifikasi lahan persawahan, yang hingga dua kali dilontarkan kepada Jokowi, dinilai tidak dilatarbelakangi dengan data-data mendasar.

“Soal pertanyaan lahan persawahan, lagi-lagi Prabowo tidak diberi data visi dan misi Jokowi-JK. Padahal jelas tertera bahwa Jokowi-JK memiliki visi untuk membuat sistem satu juta hektar sawah per tahun lengkap dengan irigasinya dan pengelolaannya,” ujar Ikrar.

Menurut Ikrar, keadaan tersebut membuat pasangan nomor urut satu tidak konsentrasi, hingga moderator menegur Hatta karena menggunakan sesi tanggapan untuk melontarkan pertanyaan, yang akhirnya tidak dapat dijawab.

Ikrar mengatakan situasi debat yang kerap memanas merupakan hal yang lumrah terjadi, bahkan di Negara-negara Barat, Eropa dan Australia.

Namun, lanjutnya, yang terpenting adalah di tengah sulutan emosi, para kandidat tidak boleh kehilangan akal untuk menjawab dan menanggapi pertanyaan dan penyataan.

Ikrar berharap dengan berakhirnya masa kampanye dan debat capres-cawapres, masyarakat semakin yakin dalam menentukan pilihannya, sehingga akan terpilih presiden yang benar-benar dibutuhkan rakyat.

“Dari lima kali debat, saya lihat posisi ‘draw’ terjadi saat Hatta berhadapan dengan JK. Selebihnya, saya kira Jokowi lebih menguasai masalah. Namun, semua diserahkan kepada masyarakat, semoga masyarakat bisa memilih dengan keyakinannya,” ujar Ikrar. AN-MB