tari pendet

Denpasar (Metrobali.com)-

Pengamat dan pelaku seni budaya Bali, Kadek Suartaya, SS Kar, MSi menilai, tari pendet salah satu jenis tari klasik sebagai ungkapan selamat datang kini mencuat ke permukaan karena ditarikan secara massal melibatkan ratusan penari wanita.

“Hal itu mencerminkan tari pendet tetap mampu memukau penonton eksis dan aktual mengikuti perkembangan zaman,” kata Kadek Suartaya yang juga dosen Fakultas Seni Pertunjukkan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Minggu (3/5).

Ia mengatakan, dua kabupaten bertetangga di Bali yakni Gianyar dan Klungkung dalam memperingati hari jadinya menggelar tari pendet massal melibatkan sekitar 600 penari wanita di daerah “gudang seni”.

Sedangkan di Kabupaten Klungkung mengerahkan 2015 penari wanita yang melenggang di perempatan kota Semarapura. Tari Pendet yang dikembangkan dari ritual mamendet dalam prosesi agama Hindu kini menggeliat, bahkan jenis tarian itu telah mendunia.

Suartaya, kandidat doktor Kajian Budaya Universitas Udayana itu menjelaskan, masyarakat mengenal tari Pendet sebagai tari penyambutan atau tari selamat datang.

“Tari pendet tersebut oleh Malaysia pernah dijadikan bahan promosi pariwisata tahun 2009 sehingga mengundang tudingan negara tetangga itu sebagai penyerobot kebudayaan Indonesia sehingga mengundang perhatian masyarakat luas,” ujar Kadek Suartaya.

Padahal tari pendet di Bali dikenal sejak tahun 1970-an di kalangan pelajar sejumlah daerah di Indonesia. Bahkan di ibukota Jakarta tari kelompok itu termasuk materi dasar wajib yang diberikan kepada para peminat tari Bali.

Tari yang diciptakan sekitar tahun 1950-an itu mulai dikenal tingkat nasional berkat andil Presiden pertama RI Bung Karno, yang menampilkan tari Pendet melibatkan seribu gadis dalam pembukaan ASIAN Games di Jakarta tahun 1962.

Sedangkan dalam perkembangan pariwisata di Bali tari Pendet sering disuguhkan sebagai tari penyambutan selamat datang dalam konteks pertunjukan turistik.

Padahal sebelum dikenal sebagai tari penyambutan, pendet adalah bagian prosesi keagamaan hampir di setiap pura di Pulau Dewata. Mamendet atau mendet merupakan kegiatan untuk menyebut sebuah tahapan ritual yang dimaknai sebagai penyambutan para dewa.

Mamendet biasanya tugas para pemangku (pemimpin ritual), namun di beberapa tempat persembahan seni itu dapat dilakukan secara spontanitas oleh siapa saja, tua muda, laki perempuan. Melalui iringan gamelan papendetan, ujar Kadek Suartaya. AN-MB