perumahan

Jakarta (Metrobali.com)-

Pengamat ekonomi Destry Damayanti mengatakan di Jakarta bahwa bisnis perumahan masih memiliki potensi yang besar akibat adanya pertumbuhan ekonomi masyarakat.

“Konsumen dasar kita bagus, ada pergeseran dari masyarakat berpendapatan rendah ke menengah hingga atas. Tiap tahunnya sekitar tujuh juta orang,” kata Destry di Jakarta, Selasa (20/1).

Berdasarkan data dari Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) kemampuan pengembang untuk menyediakan perumahan sekitar 300-400 ribu unit/tahun.

Sedangkan menurut Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, kebutuhan perumahan setiap tahunnya mencapai 800 ribu unit.

“Kebutuhan rumah di tahun 2009 sebanyak 11 juta unit, 2012 menjadi 13,6 juta, dan di 2014 mencapai 15 juta,” katanya mencontohkan.

Dengan adanya faktor tersebut, ia yakin bisnis properti khususnya perumahan masih memiliki potensi yang tinggi karena semakin banyak masyarakat yang membutuhkan tempat tinggal.

Selain faktor tersebut, Destry juga menyampaikan faktor pendukung lainnya dalam seminar bertajuk “Peluang dan Tantangan Pembiayaan Perumahan” yang diselenggarakan oleh PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) itu.

Faktor tersebut antara lain, pertumbuhan ekonomi yang besar, beragamnya suku dan angkatan kerja yang tinggi, serta pertumbuhan infrastruktur pendukung bagi kegiatan ekonomi.

Dia menambahkan dengan adanya program pembangunan satu juta perumahan oleh pemerintah maka harus dikembangkan sumber pendanaan, baik dari sektor perbankan, pasar modal, lembaga keuangan, atau masyarakat, ujarnya.

Komponen pembangunan perumahan dari APBN Rp8,3 triliun, Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) Rp5,1 triliun, dan Bapetarum Rp2 triliun masih belum cukup untuk mewujudkan program tersebut.

“Dengan dana itu, pemerintah hanya bisa membangun 311.000 unit rumah. Jauh dari program yang dicanangkan,” kata Destry. AN-MB