Berly Martawardaya

 

Jakarta, (Metrobali.com)-

Pemerintah diharap terus memperbaiki mekanisme pembatasan pemakaian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menyusul rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, kata pengamat ekonomi Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Berly Martawardaya.
“Memang tidak banyak pilihan lain, kalau ingin punya daya dorong fiskal untuk pertumbuhan harus relokasi BBM, tetapi ke depannya harus coba bangun metode pembatasan yang efektif,” kata dia di Kampus UI Depok, Kamis.

Berly mengatakan contoh solusi pembatasan BBM bersubsidi dengan menyempurnakan sistem kebijakan dua harga untuk kalangan tertentu, misalnya pengusaha angkutan umum, yang bisa diakses dengan syarat RFID (Identifikasi Frekuensi Radio).

Dia menegaskan pemerintah harus menyempurnakan kebijakan tersebut agar tepat sasaran dan tidak disalahgunakan.

“Saat ini kita belum siap pakai kebijakan dual harga, bila kebijakan dipaksakan yang terjadi bisa saja para pengusaha angkot berubah profesi menjual beli BBM,” ujar Manajer Riset dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu.

Selain itu, dia berpendapat pemerintah sama saja menunda masalah bila menahan kenaikan harga BBM karena harga minyak dunia sedang turun.

Dia mengatakan harga minyak akan kembali naik saat musim dingin saat permintaan dari negara barat meningkat.

Meskipun demikian, dia memprediksi pemerintah dapat meminimalisasi inflasi dampak kenaikan BBM melihat rekam jejak selama beberapa tahun terakhir.

“Tahun lalu kenaikan BBM inflasi hanya empat persen, bandingkan dengan tahun 2009 yang hampir sembilan persen,” kata dia.

Alokasi dari subsidi BBM, ujar dia, sebaiknya dialihkan untuk meningkatkan infrastruktur khususnya di sektor energi. Selain itu, sektor pendidikan juga penting untuk ditingkatkan demi memanfaatkan momen bonus demografi pada 2030.

“Bonus demografi itu adalah proporsi tenaga kerja yang bisa jadi produktif atau tidak. Kalo para pemuda tidak dibekali pendidikan dan keterampilan justru akan menjadi beban. Ini tantangan untuk kita,” papar dia. AN-MB