ketut sumadi

Denpasar (Metrobali.com)-

Pengamat agama dan adat Dr I Ketut Sumadi mengingatkan, seluruh desa pekraman (adat) di Bali dalam pendidikan non formal (pesraman) melakukan pelatihan keterampilan kepada anak-anak sejak dini sesuai potensi desa yang dimiliki.

“Pelatihan yang digelar secara berkesinambungan saat liburan panjang kepada anak-anak usia sekolah dasar (SD) dan sekolah pertama (SMP) bukan sekedar melatih anak-anak membuat kelengkapan ritual keagamaan dan adat,” kata Ketut Sumadi yang juga Ketua Program Studi Doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, Sabtu (4/10).

Ia mengatakan, Hari Raya Saraswati, hari lahirnya ilmu pengetahuan dan teknologi hendaknya dapat dijadikan momentum untuk mengajar dan melatih keterampilan anak-anak lewat “pesraman” sesuai potensi yang dimiliki masing-masing desa adat.

Pelatihan keterampilan yang berorientasi bisnis kepada anak-anak sejak usia dini itu sangat penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang andal menghadapi persaingan global, terutama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan berlaku 2015.

“Pendidikan berorientasi bisnis kepada anak-anak sejak dini itu belum terlambat, karena persaingan ke depan semakin ketat, sehingga sehingga anak-anak perlu dibekali keterampilan untuk mengolah potensi desa yang ada,” ujar Ketut Sumadi.

Selain itu desa pekraman yang jumlahnya 1.480 buah di Bali itu, semua pihak juga ikut serta melakukan pelatihan dan pendidikan berbasis lokal kepada generasi muda, sebagai bekal dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat di masa mendatang.

Sumadi mengatakan, pelajar sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA) dan kejuruan (SMK) juga perlu diberikan pelatihan wirausaha agar mereka nantinya memiliki kemampuan untuk bersaing di eraglobal.

Sedangkan untuk perguruan tinggi usaha kewirausahaan itu sudah dikembangkan, dengan harapan dapat lebih diintensifkan, sehingga setiap anak muda nantinya minimal mampu menciptakan lapangan kerja untuk dirinya sendiri.

“Akan lebih baik lagi jika anak muda itu mampu menciptakan lapangan kerja untuk orang lain dan peluang itu sangat terbuka luas di Bali sebagai daerah tujuan wisata,” ujar Ketut Sumadi.

Ia mencontohkan, ratusan hotel berbintang di Bali untuk menantang anak-anak muda untuk mampu memasok kebutuhan hotel berupa hasil pertanian termasuk buah lokal dapat dipenuhi dari daerah setempat.

Peluang itu hendaknya dapat dimanfaatkan oleh anak-anak muda dengan baik untuk mengembangkan sektor pertanian, termasuk buah-buahan secara lebih intensif.

Sebelumnya Yayasan Tri Hita Karana (THK) bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan setempat menggelar pameran hasil-hasil pertanian dalam kemasan festival yang mampu merangkul kalangan hotel untuk memanfaatkan hasil pertanian lokal.

“Masalahnya apakah peluang yang telah dapat diciptakan itu mampu dipenuhi dengan baik dengan menyediakan hasil-hasil pertanian, termasuk buah lokal sesuai kebutuhan hotel,” ujar Ketut Sumadi yang juga sebagai kelompok ahli dalam Yayasan THK tersebut. AN-MB