sendratari ramayana

Denpasar (Metrobali.com)-

Pengamat dan pelaku seni budaya Bali, Kadek Suartaya, SS Kar, MSi mengatakan, sendratari Ramayana sudah berkiprah selama 50 tahun untuk mengisi perjalan kesenian di Pulau Dewata.

“Sebagai sebuah pertunjukkan baru saat itu (1965), seni pentas yang pada awalnya dibawakan oleh siswa-siswa Konservatori Karawitan (Kokar) Bali, diterima antusias masyarakat setempat,” kata Kadek Suartaya yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Minggu (18/1).

Ia mengatakan, Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Denpasar yang berdiri tahun 1967 yang kini berubah status menjadi ISI Denpasar ikut menyajikan sendratari Ramayana hingga ke pelosok desa, sehingga membuat seni pertunjukkan itu semakin populer.

Pada tahun 1970-an, Sendratari Ramayana yang dibawakan Kokar dan ASTI menjadi salah satu seni tontonan favorit masyarakat Bali.

Sendratari Ramayana karya Wayan Beratha yang kurang begitu dikenal oleh generasi muda masa kini kembali disuguhkan oleh ISI Denpasar di kampus setempat menyambut tahun 2015.

“Melalui tajuk Mengenang Mpu Seni Karawitan Bali I Wayan Baratha, tiga karya Pak Beratha demikian secara hormat almarhum disebut, dibeber kepada khalayak, dan sendratari Ramayana menjadi pamuncak,” ujar Kadek Suartaya.

Pagelaran sendratari klasik itu dibawakan oleh para seniman senior yang pernah mengecap ilmu dari almarhum, diantaranya, Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST, MA (Anoman), Cokorda Raka Tisnu, SST, M.Si (Rahwana), dan Cokorda Putra Padmini, SST, M.Sn (Sita). Sementara itu para penabuh Dr. I Nyoman Astita, MA, I Ketut Gede Asnawa, S.S.Kar, MA, I Nyoman Windha, S.S.Kar, MA, I Wayan Suweca, S.S.Kar, M.Si, I Wayan Suweca, S.S.Kar, M.Mus, termasuk Rektor ISI Denpasar, Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.S.Kar, M.Hum.

Suartaya menambahkan, sebelum menciptakan Sendratari Ramayana, Wayan Beratha telah menciptakan Sendratari Jayaprana pada tahun 1962. Sendratari yang mengangkat lakon legenda romatik-tragik daerah Bali Utara itu adalah sendratari pertama Bali setelah munculnya seni pentas dengan prinsip estetik yang sama (Sendratari Ramayana Prambanan) di Jawa Tengah pada tahun 1961.

Wayan Beratha juga menciptakan Sendratari Mayadanawa (1966) dan Sendratari Rajapala (1967) yang sempat dikenal masyarakat di tahun 1970-an.

Empu seni I Wayan Beratha yang memiliki sumbangsih penting pada seni pertunjukan Bali, telah berpulang pada hari Sabtu 10 Mei 2014 dalam usia sepuh 91 tahun.

Dalam rentang perjalanan hidupnya, maestro seni karawitan dan tari yang dilahirkan pada tahun 1923 di Banjar Belaluan, Denpasar, ini telah mementaskan kesenian Bali ke berbagai perjuru dunia. AN-MB