Ramallah, (Metrobali.com) –

Pemimpin perunding Palestina Saeb Erekat, Jumat malam (4/4), mengatakan keputusan Presiden Palestina Mahmmoud Abbas untuk bergabung dengan 15 kesepakatan internasional bukan tindakan sepihak.

“Itu bukan tindakan sepihak sebagaimana dikatakan oleh Israel, itu adalah tindakan yang dilakukan oleh satu negara yang menandatangani kesepakatan internasional. Negara lain sudah menjadi anggota semua kesepakatan itu,” kata Erekat dalam satu taklimat.

Palestina ingin memberikan komitmen pada kesepakatan tersebut –yang menjadi hak asasi manusia, melarang penyiksaan dan menganjurkan pemeliharaan hak asasi perempuan dan anak-anak, ia menambahkan sebagaimana dilaporkan Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu pagi.

Abbas pada Selasa (1/4) mengatakan ia akan menandatangani permintaan untuk bergabung dengan 15 kesepakatan internasional dan badan PBB sebagai reaksi atas penundaan Israel untuk membebaskan kelompok terakhir orang Palestina yang sudah lama ditahan oleh Israel, tindakan yang dicela oleh pemerintah Israel.

Pemimpin perunding perdamaian Israel Tzipi Livni, Kamis (3/4), mengumumkan Israel saat ini takkan membebaskan kelompok keempat tahanan Palestina “sebagai akibat dari tindakan sepihak Palestina”.

“Persyaratan baru ditetapkan dan Israel takkan membebaskan kelompok keempat tahanan,” kata Livni di dalam satu pernyataan.

Menurut pernyataan tersebut, pemerintah Israel sedang “melakukan persiapan untuk membebaskan ke-26 tahanan Palestina”, yang dijadwalkan dibebaskan pekan lalu. Tapi “tindakan sepihak yang dilakukan oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas” membuat mereka berubah fikiran.

“Menandatangani kesepakatan tersebut bukan mendadak. Itu dilakukan setempat konsultasi dengan 27 ahli Palestina dan internasional dalam bidan hukum selama sembilan bulan,” kata Erekat.

Pada Rabu malam (2/4), Livni bertemu dengan pemimpin perunding Palestina Saeb Erekat “dalam upaya menyelamatkan pembicaraan perdamaian yang memburuk, dalam pertemuan yang oleh beberapa sumber disebut keras dan seperti medan tempur”.

Pada Rabu pagi Livni mengatakan Pemerintah Otonomi Palestina “melanggar komitmen mereka kepada Israel dan Amerika Serikat dengan melakukan tindakan sepihak”. Namun Abbas membantah tuduhan itu, dan mengatakan itu adalah hak Palestina dan bukan tindakan menentang AS atau Israel.

Sementara itu, Erekat mengungkapkan bawah pimpinan Palestina menolak seruan AS untuk menghentikan permohonan guna bergabung dengan kesepakatan internasional untuk memperpanjang pembicaraan perdamaian langsung dengan Israel bagi pembebasan kelompok terakhir tahanan.

Israel sebelumnya setuju untuk membebaskan 106 tahanan Palestina di tengah dilanjutkannya pembicaraan perdamaian pada Juli tahun lalu. Sejauh ini 78 tahanan telah dibebaskan. Sisa tahanan dijadwalkan dibebaskan pada Sabtu (29/3), tapi Israel menunda tindakan itu karena keberatan dari kubu “hawkish” sayap-kanan untuk membebaskan 14 orang Arab Israel di dalam kelompok tersebut.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry tiba baru-baru ini di Jerusalem untuk berusaha menengahi kedua pihak, yang meliputi tawaran untuk membebaskan mata-mata Israel Amerika Jonathan Pollard –yang telah dipenjarakan selama tiga dasawarsa belakangan.

Namun Israel pada Selasa (1/4) mengeluarkan tender bagi pembangunan 700 unit rumah di permukiman Yahudi di Gilo, Jerusalem Timur. Tindakan itu diikuti oleh tindakan Abbas mendekati organisasi internasional.

(Ant) –