PERTUNJUKKAN joged dari sekaa joged Eka Satya Budaya, Kuwum Mambal, Marga Tabanan dalam rangkaian parade joged di ajang PKB ke 34 mendapat sambutan antusias dari ratusan penonton yang memadati kalangan Ayodya Rabu (13/6) sore itu. Memang tari pergaulan ini merupakan salah satu pertunjukan favorit dan paling ditunggu oleh pengunjung PKB.

Sore itu, Sekaa yang berdiri 2003 menampilkan 4 penari yakni Mega, Mang Ayu, Cahya dan Sugik. Para penari secara bergantian menunjukkan keahlian mereka dalam menari, tak pelak keempat penari tersebut memancing para pengibing terutama pria turut menari ke atas panggung. Menariknya para pengibing tidak hanya datang dari orang dewasa, mulai anak kecil, perempuan bahkan ada yang lanjut usia. Kontan saja kehadiran kakek bangkotan mendapat sambutan meriah dan menjadi bahan tertawaan ratusan penonton.

Wayan Rana Dwija (84) menjadi bintang sore itu, gerak tarinya begitu energik mengikuti irama tetabuhan serta gerakan sang penari joged. Meskipun usia tak muda lagi namun semangat tak mengedurkan dirinya untuk terus ngibing. Tingkah polah, tarian Pak Wayan-sapaan akrab- selalu mengundang penonton untuk tertawa, sampai-sampai salah satu pengibing harus membopongnya untuk keluar arena panggung,  karena seringnya Ia masuk arena.

Ia menuturkan, ngibing sudah menjadi hobi dan ada kepuasan tersendiri saat ngibing tari joged. Bagi kakek yang juga seorang mantan penari ini, joged merupakan tarian pergaulan dan siapa saja bisa ikut berpatisipasi tanpa mengenal usia, dan golongan.”Saya memang penari dari umur 9 tahun, dan ngibing adalah hobi yang keluar dari batin yang jernih. Siapapun bisa ikut ngibing asal senang,”ujarnya saat ditemui usai ngibing.

Salah satu tim pengamat Nyoman Cerita mengungkapkan, dalam pertunjukan joged yang terpenting adalah menjaga hal-hal yang bersifat merangsang dalam hal ini pornografi dan harus menekankan pada tiga pilar dalam berkesenian yakni etika, logika dan estetika. Tanpa itu katanya joged akan selalu mendapat soroton negatif dari masyarakat.

Menurut pengamatannya, tarian joged yang tampil kali ini sudah memenuhi kriteria tersebut namun tidak mendapat pembinaan. Dia menyayangkan dalam tetabuhan joged tersebut mengandung unsur irama sunda yang muncul dari pukulan kendang, tidak mencirikan kesenian joged yang orisinil baik dari tarian dan tetabuhan.”Bukan berarti kita membatasi kreatifitas berkesenian, namun untuk jogeg kreasi bukan pada tempatnya. Joged disamping hiburan tapi mampu membawa sebagai pertunjukan rakyat yang sesuai dengan 3 pilar,”jelasnya.

Sementara itu pembina sekaligus koordinator jogeg Made Suwanta menyatakan, pembinaan  sudah pernah dilakukan, apa yang ditampilkannya kali ini berupaya menampilkan serta memberikan terobosan baru nanum tetap pada pakem kesenian jogeg itu sendiri.”Mengenai  masuknya unsur sunda itu adalah terobosan baru, namun saya tetap memakai kendang Bali, itu hanya teknik pukulan saja. Kami tidak keluar dari pakem, ya mohon maaf kalau ada kesalahan dalam penampilan sekaa kami,”terangnya. HP-MB