Nonton Film Danau Gulma1

PENCEMARAN enceng gondok di Danau Batur yang mengakibatkan danau terbesar di Bali itu mengalami pendangkalan. Ini merupakan masalah  serius yang harus mendapat penanganan serius pula dari Pemerintah dan masyarakat Bali sendiri.  Jika tidak, kemungkinan besar di masa depan akan terjadi krisis air di Bali bagian selatan sebab  Danau Batur  merupakan sumber air yang merembes dan mengalir ke kawasan Buleleng bagian timur, sebagian wilayah Karangasem, dan hampir semua kabupaten di Bali bagian selatan.  Demikian disampaikan Oka Sudarsana sutradara film “Danau Gulma” yang diputar  dalam acara Cine Garden #03 yang diselenggarakan oleh Kelompok Pembuat dan Pecinta Film (KPPF) Denpasar di Antida Sound Garden Jl. Waribang, Denpasar, Jumat (7/2).

Menurut Oka, berdasarkan amatannya selama produksi “Danau Gulma” ketidakpedulian dan ketidaktahuan merupakan faktor terbesar yang menyebabkan kualitas lingkungan di Danau Batur mengalami degradasi.

“Tak ada jalan lain dalam kasus penting ini selain upaya serius dan bahu membahu antara Pemerintah dan Masyarakat Bali untuk menyelamatkan Danau Batur,” ucap Oka dalam diskusi seusai pemutaran film tersebut.

Selain Oka, dalam diskusi yang dipandu oleh Maria Ekaristi tersebut hadir Sastrawan Cok Sawitri  yang memberi wawasan mengenai posisi Danau Batur secara kosmologis dan pengaruhnya dalam kebudayaan Bali.

Cok Sawitri memaparkan bahwa membicarakan Danau Batur, ada sesuatu yang mengikat ‘ingatan’ mengenai hubungan air dengan diri, air dengan manusia, dan air dengan alam sendiri. Menurutnya, Danau Batur sejak berabad-abad lampau telah memberi makanan dan minuman bagi orang Bali tidak saja dalam pengertian jasmaniah, tetapi juga jasmaniah.

Cok mengutip beberapa sumber untuk memaparkan keutamaan Danau Batur bagi Bali. Satu di antara sumber yang dikutipnya adalah “Rontal Prakempaning Pura Ulun Danu” yang memaparkan tentang fatwa agar segenap Punggawa (Pejabat pemerintah Daerah) di Bali memperhatikan kelestraian Danau Batur yang penanda terpentingnya adalah  Pura Ulun Danu.

Menurut sumber yang  dikutip Cok,  jika seorang raja (pemimpin) lalai terhadap keberadaan Pura Ulun Danu (baca: Danau Batur) mereka akan terkena kutukan Dewi Danu. Negerinya akan boros,  wabah penyakit tidak henti-henti, sang pemimpin  kehilangan wibawa, negeri akan hancur, segala macam tanaman rusak,  percekcokan tak henti-henti.

“Ini merupakan bhisama atau fatwa yang  mengikat ke dalam dan ke luar batin masyarakat Bali. Karena itu Orang Bali tak dapat ingkar terhadapnya,” ujar Cok.

Sebagaimana acara Cine Garden sebelumnya, selain pemutaran dan diskusi film, acara dimeriahkan oleh pementasan musik. Grup musik yang tampil kali ini adalah “Nosstress”, kelompok band anak muda yang tengah naik daun di Bali. Dengan gayanya yang sangat komunikatif di depan lebih dari 200 hadirin yang terdiri dari pembuat dan pecinta film serta para pecinta kesenian lainnya, grup ini menampilkan lagu-lagu bertema lingkungan dan kritik sosial lainnya.  RED-MB