PEMUDA BANJAR PEANAMPARAN BERPOSE DI DEPAN BALIHO YANG SUDAH DIPASANG (2)

Denpasar (Metrobali.com)-

Pemasangan atribut tolak reklamasi semakin meluas. Berbagai komunitas dan juga sekaa teruna-teruni di bali bersolidaritas terhadap perjuangan untuk menolak rencana reklamasi teluk benoa. Mereka menggunakan berbagai momentum dan juga semangat menyama braya untuk menyatakan penolakan terhadap rencana reklamasi teluk benoa.

Minggu malam (31/8) sekitar pukul 20.00 Wita, giliran pemuda penamparan yang menyatakan penolakannya terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa. Penolakan terhadap rencana reklamasi oleh pemuda banjar penamparan bukan tanpa sebab. Menurut ketua STT banjar pendamparan, Putu Gede Wisnu Wardana menytakan, rencana reklamasi akan memperparah penumpukan akomodasi pariwisata di bali selatan, sebagai masyarakat yang ikut berkecimpung di pariwisata ia menyadari bahwa kawasan kuta sampai dengan nusa dua sudah padat dengan akomodasi. Kalau terjadi penambahan akomodasi pariwisata maka perang harga tidak akan bisa teratasi dan pada ujungnya usaha pariwisata yang dirintis oleh masyarakat bali akan kalah dengan pembangunan pariwisata terpadu.

“cukup sudah pembangun akomodasi baru, di bali selatan ini sudah sumpek dan macet, banyaknyawisatawan yang datang belum tentu menambah kualitas pendapatan  karena perang harga tidak dapat dihindarkan” kata ketua STT Werdhi Yasa Banjar.

Dia menambahkan, pada saat hujan deras kawasan legian sering banjri terutama di bantaran Tukad mati, hal ini disebabkan karena tukad mati airnya sering meluap. Menurutnya banjir ini adalah akibat muara sungai tukad mati yang tersumbat oleh air laut yang sedang pasang. “bukankan banjri lebih parah kalo teluknya diurug?” Tanya pemuda yang akrab di panggil Tude ini.

Pemuda lain, Made Indra yang juga terlibat dalam pemasangan baliho penolakan terhadap reklamasi teluk benoa ini juga menyatakan bahwa selama ini bali sudah dihisap, kemajuan pariwisata di bali di hisap sarinya oleh elit Jakarta, baik pengusaha maupun penguasa. Rencanan rekamasi teluk benoa ini hanya akan mengeulang kejadian yang sama yaitu menyerap sari kemajuan pariwisata hanya untuk segelintir orang saja.

“orang tua kita dari dulu membanten, melakukan upacara secara terus menerus dan itu semua menjadi budaya, yang juga mnejadi cikal bakal dari pariwisata bali, lalu kenapa investasi itu diabaikan,” Tanya pemuda yang akrab dipanggil made.

Pemuda penamparan menyerukan kepada pemerintah bali untuk mengehargai investasi kebudayaan yang dengan tulus dilakukan oleh para leluhur di bali. Cara paling sederhana menurut mereka adalah dengan mengehngtikan rencana reklamasi teluk benoa termasuk pula mencabut peraturan yang mendukung adanya rencana reklamasi teluk benoa, yakni perpres 51 tahun 2014. “pemerintah tahu tuntuan masyarakat bali untuk menghentikan rencana reklamasi, tapi mereka tetap memakasakan,” pungkas Made Indra. RED-MB