baliho tolak reklamasi badung

Badung (Metrobali.com)-

Pemuda Kabupaten Badung yang tergabung dalam Forum Pemuda Peduli Pariwisata Kabupaten Badung (FP3 Badung) membulatkan tekad untuk menyatakan dukungannya terhadap revitalisasi Teluk Benoa. Untuk menyatakan tekad dukungannya, mereka memasang baliho raksasa yang menyatakan kebulatan tekad dukungannya terhadap proyek tersebut.

Ketua FP3 Badung, Gede Suadnyana menuturkan, dukungan terhadap revitalisasi Teluk Benoa berangkat dari kesadaran sendiri. “Ini murni aspirasi pemuda Badung. Tidak ada paksaan, tidak ada iming-iming apapun. Dukungan ini berangkat dari kesadaran implikasi positif dari poyek tersebut,” kata Gede, Selasa 21 Oktober 2014.

Gede bertekad untuk menyebarkan virus dukungan terhadap revitalisasi Teluk Benoa. “Jiwa raga ini siap mendukung revitalisasi Teluk Benoa. Mayoritas pemuda Badung mendukung revitalisasi Teluk Benoa. 99 persen mendukung,” imbuh Gede.

Dari kajiannya, proyek revitalisasi Teluk Benoa membawa dampak positif bagi masyarakat Bali. Ia menginventarisasi sedikitnya ada 10 manfaat revitalisasi Teluk Benoa, di antaranya adalah menciptakan destinasi wisata baru, menambah 1-2 juta wisatawan, menambah ruang terbuka hijau, terciptanya 250 ribu lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan perkapita negara US$1.000-5000.

“Juga kembalinya luasan Pulau Pudut sebagai pulau adat dan budaya, menaikkan kelas dan kualitas pariwisata Bali,” beber Gede.

Selain itu, revitalisasi Teluk Benoa seluas 700 hektar juga memberikan tambahan PPN negara dan daerah minimal Rp3 triliun. Proyek ini juga selaras dengan program MP3EI dan fokus pada green development serta memitigasi bencana dan melestarikan hutan mangrove.

baliho di rusak


Baliho Dirusak

Sementara itu, gonjang-ganjing revitalisasi Teluk Benoa kian memanas. Baru-baru ini baliho kelompok pendukung revitalisasi Teluk Benoa dirobek orang tak dikenal. Baliho tersebut bertuliskan “Dukung Revitalisasi Teluk Benoa”.

Pantauan di lapangan, baliho raksasa kelompok yang menamakan diri Komunitas Pemuda Peduli Pariwisata Bali itu dirusak pada bagian tengah. Baliho-baliho itu terpasang sepanjang Jalan Gatot Subroto hingga Nusa Dua.

Di perempatan Gatsu-WR Supratman-Tohpati, satu baliho kelompok pendukung ini dirobek. Sementara di perempatan Jalan Pantai Bali Beach-Hang Tuah, baliho milik kelompok revitalisasi Teluk Benoa dibalikkan.

Penasehat FP3 Badung, Gede Wijaya menyesalkan perusakan baliho mereka. “Ini alam demokrasi. Tentu cara-cara kekerasan seperti itu kita sesalkan,” kata Gede.

Ia melanjutkan, setelah mengkaji secara mendalam tentang rencana revitalisasi Teluk Benoa, maka baginya tak ada hal yang merugikan masyarakat Bali. Sebaliknya, proyek yang rencananya bakal mengembalikan Pulau Pudut ke bentuk aslinya itu akan menguntungkan masyarakat Bali. “Apalagi tidak ada pelanggaran hukum yang dilakukan, maka revitalisasi mengapa tidak?” imbuh Gede.

Ia berharap rencana revitalisasi Teluk Benoa diselesaikan secara arif dan bijaksana, sesuai dengan adat istiadat dan budaya Bali, bukan dengan jalan kekerasan.

“Tentunya masyarakat Bali harus dilibatkan semuanya. Tokoh-tokoh di seluruh Bali supaya mereka bicara, ada dialog agar tidak sepihak antara yang menolak dan mendukung.  Supaya jelas alasan keduanya secara ilmiah, baik dan buruknya seperti apa,” saran dia.

Menurut dia, imbas positif revitalisasi Teluk Benoa akan dirasakan oleh masyarakat sekitar di kabupaten lain.

“Proyek ini kan tidak hanya akan dirasakan masyarakat Benoa saja, tetapi juga Jembrana, Singaraja dan kabupaten-kabupaten lain. Mereka akan merasakan dampak positif dari terbukanya 250 ribu tenaga kerja yang dibutuhkan para pemuda di proyek itu,” katanya.

Meski balihonya dirobek, Gede mengaku tak akan gentar melakukan dukunganterhadap revitalisasi Teluk Benoa. Bahkan, ia akan gencar menyosialisasikan rencana proyek tersebut agar masyarakat Bali memiliki pemahaman utuh soal rencana revitalisasi tersebut. “Kami belum berfikir untuk melaporkan perusakan baliho ini kepada pihak berwajib,” tuturnya.

Ia mengajak semua pihak untuk menjaga keamanan dan ketenangan Pulau Bali. Apalagi di alam demokrasi, pro kontra merupakan hal lumrah. “Mari kita keamanan Bali. Bali sangat sensitif terhadap hal ini. Apalagi di alam demokrasi, maka perbedaan adalah hal wajar. Sikapi dengan arif dan bijaksana,” ajak Gede. RED-MB