Keterangan foto: suasana rapat persiapan penyuluhan Kepariwisataan Kamis (7/6) di Kantor Dinas Pariwisata Kota Denpasar 

Denpasar, (Metrobali.com)-

Guna menggenjot kunjungan wisata di Kota Denpasar, Pemerintah Kota Denpasar gencar berinovasi yang salah satunya menjadikan Subak  Pakel menjadi objek wisata baru di tengah kota. Sebelumnya Pemkot Denpasar juga telah mencanangkan konsep wisata agrikultural di Subak Sembung, Peguyangan. Demikian disampaikan Kasi Pembinaan Pariwisata Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Rose Sintha Dewi  saat ditemui usai rapat persiapan penyuluhan Kepariwisataan Kamis (7/6) di Kantor Dinas Pariwisata Kota Denpasar.

Lebih lanjut pihaknya menjelaskan, Subak Pakel menjadi objek pariwisata ini merupakan keinginan masyarakat yang sejalan dengan inovasi Pemkot Denpasar guna melestarikan subak dengan menjadikannya obyek wisata agrikultural. Untuk mendukung objek wisata ini Desa Ubhng Kaja juga telah membangun Jogging Track sepanjang 100 meter.

Beragam jnovasi tersebut tentunya langkah efektif guna mempertahankan subak di Kota Denpasar. Tidak hanya itu Pemerintah Kota Denpasar juga berkomitmen agar subak yang ada di Kota Denpasar bisa dilestarian, mengingat subak telah dinyatakan sebagai warisan dunia oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) tahun 2012.

Karenanya, untuk pengembangan dan promosi Subak Pakel tersebut Dinas Pariwisata Kota Denpasar akan melakukan penyuluhan kepariwisataan melalui pagelaran Bondres Clekontong Mas pada tanggal 12 Juni mendatang di Wantilan Desa Pakraman Poh Gading. ‘’Melalui Bondres Clekontong Mas masyarakat akan cepat memahami dan mengetahui Kepariwisataan yang ada Kota Denpasar serta memahami pentingnya subak sebagai objek pariwisata, ” ungkap Rose. Sembari berharap dengan menjadikan Subak Pakel objek wisata dapat meningkatkan perekonomian di Desa Ubung Kaja.

Perbekel Desa Ubung Kaja Wayan Mirta membenarkan bahwa seluruh steakholder di Desa Ubhng Kaja ingin menjadikan Subak Pakel sebagai objek wisata. Hal itu dilakukan karena lahannya cukup luas yakni sebanyak 63 hektar. “Tanah disana diminati oleh pengembang property. Agar lahan sawah di  subak ini tidak habis maka kita harus berpikir bagaimana cara mempertahankan. Salah satu cara adalah dengan menjadikan objek wisata agrikuktural dengan menyajikan obyek wisata sekaligus menanamkan nilai budaya leluhur dalam bertani” ujarnya.

Ia mengatakan sebuah desa indetik dengan adanya sawah, sungai maupun ladang. Untuk mendukung maksimalnya objek wisata Subak Pakel tersebut pihaknya berencana membentuk kelompok tani perkotaan. “Kita akan konsep petani ala kota atau urban farming selain itu ia juga akan membuat disain yaitu desa wisata,” ungkapnya saat dihubungi Jumat (8/6).

Selain itu pihaknya juga akan membuat konsep wisata yang menggugah adrenalin. Urban farming juga akan dirubah agar tidak bertani padi saja. Dengan cara itu ia yakin maka penghasilan petani dari sekian hare lahan akan menghasilkan lebih dari pada petani padi biasa. “Pengelolahan subak dengan metode seperti ini tentjnya akan dapat menambah PAD. Serta tanah milik masyarakat bisa bernilai lebih untuk masyarakat sendiri. Selain itu akan lahir petani- petani muda dan membuat konsep pemikiran baru kepada para petani seperti daerah maju lainnya,” pungkasnya. RED-MB

Editor : Hana Sutiawati