Prof.Windia

Denpasar (Metrobali.com)-

Guru besar Universitas Udayana Prof Dr I Wayan Windia menilai, pemerintah umumnya tidak suka membangun sektor pertanian karena harus berhadapan dengan banyak orang.

Selain itu, hasil kerja keras dari pembangunan sektor pertanian baru akan kelihatan dalam jangka waktu yang sangat lama, padahal jangka pemerintahannya sangat pendek lima sampai sepuluh tahun, kata Prof Windia yang juga ketua grup riset sistem subak Universitas Udayana di Denpasar, Kamis (20/2).

Ia mengatakan, oleh sebab itu pemerintah lebih suka membangun sektor industri dan infrastruktur, karena hasilnya terlihat cepat.

Dengan demikian sangat perlu ada Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) untuk kurun waktu 25-30 tahun, sehingga pemerintah memiliki pegangan pokok dan berwawasan jauh, dalam proses pembangunan.

Prof Windia mengingatkan, keadaan seperti sekarang ini bisa terjadi, karena UUD 1945 diobrak-abrik dengan berbagai amandeman, sehingga roh-nya sebagai UUD yang lahir dalam kancah perjuangan untuk negara yang sangat heterogen, menjadi hilang.

Demikian pula dengan subak, organisasi pengairan tradisional bidang pertanian di Bali akan sangat ditentukan oleh apakah petani Bali masih senang dan memiliki harapan hidup dari sektor pertanian.

Subak merupakan warisan kebudayaan Bali yang dibangun dengan berdarah-darah, sejak sebelas abad yang lalu, kini warisan budaya leluhur itu diakui sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD).

“Sungguh sangat mengagumkan. Lalu apa yang sudah perbuat untuk warisan dunia yang disebut subak itu?. Jangan-jangan kita justru telah ikut menghancurkannya. Sungguh sangat memalukan kalau kita tidak melestarikan eksistensi subak yang ada di Bali,” ujar Prof Windia.

Sementara dunia telah mengakuinya subak sebagai warisan budaya, karena subak adalah lembaga yang khas dan spesifik Bali, sekaligus menjadi alat perekat kebudayaan Bali.

“Jika perekatnya hilang, maka wajar kalau kebudayaan Bali juga akan hancur,” ujarnya. AN-MB