Victor Laiskodat

Jakarta (Metrobali.com)-

Pemerintah akan menjadikan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai lumbung ternak.

Ketua Fraksi Partai NasDem DPR RI Viktor Laiskodat, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Senin  (12/1) menyebutkan, hal itu merupakan salah satu hasil pertemuan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dan Ketua Fraksi Partai NasDem DPR RI Viktor Laiskodat dengan Rektor Universitas Nusa Cendana (Undana) Fred Benu pada Sabtu (10/1) tentang program kedaulatan pangan.

“Hal itu juga merupakan tindak lanjut kunjungan Presiden RI Joko Widodo ke NTT beberapa waktu lalu,” katanya.

Keterlibatan Menteri LHK, lanjut anggota DPR RI dari Dapil NTT ini, karena dalam program tersebut terkait dengan ketersediaan lahan untuk grazeland atau lahan penggembalaan seluas minimal 50 ribu hektare yang merupakan kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Mutis Timau.

“Targetnya untuk mengembalikan NTT sebagai lumbung ternak Indonesia dan untuk mengembalikan kualitas bakalan sapi seperti sedia kala, dan saat ini kualitas bakalan sapi kita di NTT sudah sangat menurun,” kata Rektor Undana, Profesor Fred Benu.

Oleh karena itu, upaya penyiapan ketersediaan daging sebagai konsumsi terutama juga akan diiringi dengan program-program pembibitan sapi.

Sementara itu, Menteri LHK Siti Nurbaya, menyambut baik gagasan besar Universitas Cendana yang sejalan dengan kebijakan prioritas Presiden Joko Widodo.

Ia lantas memberikan gambaran langkah-langkah dalam mewujudkan gagasan ini antara lain dengan melibatkan gubernur, bupati/walikota, dan menteri pertanian. Sementara untuk IUPKH KPH Mutis Timau, menurut Siti Nurbaya, bisa diselesaikan sesuai aturan dan terutama dengan konsep keterlibatan masyarakat.

“Karena konsep kerjanya secara mendasar sesuai arahan presiden adalah bahwa hutan untuk kesejahteraan rakyat. Kita akan bahas lanjut di kantor kementerian nanti dengan melibatkan beberapa Dirjen termasuk Dirjen Peternakan,” jelasnya.

NTT menargetkan produk majemuk dari usaha yang disebut “silvopastur” ini meliputi sapi sebanyak 500 ribu ekor, sapi jantan 52 ribu ekor per tahun sebagai bibit unggul, daging 6.200 ton per tahun.

Selain itu ada kayu, pangan palawija, madu hutan, pupuk organik, dan biogas. Menurut Siti Nurbaya, usaha tersebut dapat dilakukan dalam langkah yang sistematis mulai dari data awal atau baseline data, perekaman pertumbuhan vegetasi dan konsistensi menjaga tanaman, tumbuh serta proses pengembangan biogas untuk memanfaatkan gas metan dari kotoran ternak menjadi energi untuk masyarakat sekitar.

“Hal ini penting sebagai upaya menahan karbon ke atmosfir sekaligus langkah pelembagaan dan internalisasi pemahaman masyarakat secara sederhana mengenai agenda pengendalian perubahan iklim,” tegasnya. AN-MB