I Gde Sudibya
Positip Indonesia:  84.882
Positip Tiongkok : 83.644
Jumlah tes Indonesia:   1.210.014
Jumlah tes Tiongkok : 90.410.000
Tinggal hitung sendiri.., Berapa sebenarnya yg positif covid19 di Indonesia yg saat ini sedang berkeliaran didekat kita.
Kalau gak perlu keluar rumah…
JANGAN keluar rumah.
Kalau harus keluar rumah…harus ” EXTRA ” hati-hati !!!
Taati protokol Kesehatan dengan tepat dan benar.
Kalau dilakukan analisa matematika sederhana terhadap data di atas, dengan asumsi : prosentase positif terhadap jumah test sama antara Indonesia – Tiongkok, dan juga dengan memperhatikan proporsi jumlah penduduk: Indonesia ( 2020 ): 269,6 juta dan Tiongkok: 1,4 milyar, estimasi jumlah kasus Indonesia : 1, 231,887 orang. Kasus positif berdasarkan laporan Tim di atas 84.882.
Jadi kasus estimasi berdasarkan perhitungan di atas: 14,5 kali dari kasus terlaporkan. Perhitungan sederhana ini menjadi penting, bukan untuk  menimbulkan pesimisme, tetapi untuk membuat masyarakat lebih waspada dan lebih tertib menjalankan protokol kesehatan. Buat pengambil kebijakan, rasanya berguna sebagai masukan untuk koreksi kebijakan.
Berdasarkan estimasi perhitungan di atas dan asumsi yang mendasarinya, tantangan bagi Indonesia pada umumnya dan Bali pada khususnya untuk melangkah ke depan, menyebut beberapa diantaranya.
Pertama, bagi pengambil kebijakan, untuk lebih fokus melakukan test massif dengan target tinggi per hari, didukung SDM handal dengan jumlah yang cukup, sehingga proses pengolahan hasil bisa dipercepat.
Kedua, tracing/penelusuran massif harus lebih cepat dilakukan, untuk meminimalkan penularan. Diperlukan kerja keras luar biasa, untuk menditeksi potensi kasus.
Ketiga, protokol kesehatan harus ditegakkan, dengan sanksi lebih tegas, dan ada petugas lapangan yang cukup untuk pengawasan dan pemberian sangsi.
Keempat, program pemulihan ekonomi dilakukan secara lebih matang, untuk meminimalkan risiko penularan, dan tidak lagi gegabah menganggap enteng ( under estimate ) risiko virus, yang membuat biaya penanggulangan menjadi mahal dan jangka waktunya menjadi lebih panjang.
Kelima, edukasi dan tumbuhkan kesadaran masyarakat, bahwa Era Adaptasi Kebiasaan Baru, memerlukan komitmen dan disiplin untuk merubah prilaku, melatih kesabaran dan kekuatan mental dalam lingkungan dengan paradigma baru, penuh risiko dan tantangan.
Namun demikian  tidaklah  berarti kita mesti kehilangan harapan, terlebih-lebih bagi mereka yang cerdas merespons perubahan. Sejarah  mengajarkan: selalu ada hikmah besar pasca krisis.
Tentang Penulis
I Gde Sudibya, ekonom, pengamat ekonomi dan kebijakan publik. Anggota MPR Utusan Daerah Bali 1999 – 2004.