Denpasar (Metrobali.com)-

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Deddy Saleh menegaskan, Indonesia akan terus melakukan pengawasan terhadap impor hortikultura. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, banyak produk hortikultura impor yang masuk bersama dengan kandungan zat kimia dan organisme pengganggu tanaman.

“Kita sudah melakukan kerja sama pengawasan bersama Badan Karantina untuk melakukan pengawasan terhadap berbagai produk impor yang masuk terutama produk hortikultura. Bila ditemukan indikasi adanya organisme pengganggu tanaman dan kandungan zat kimia, petugas tidak segan-segan menahan dan memusnahkannya,” tegas Deddy Saleh di Sanur, Denpasar, Jumat, 29 Juni 2012.

Menurut Saleh, pada tahun 2011, sudah ada 19 importir yang terdeteksi memasukkan produk hortikultura ke Indonesia yang mengandung organisme pengganggu tanaman. Ke-19 importir tersebut masuk melalui Jakarta, Surabaya, Makassar, dan beberapa daerah lainnya. “Jumlah ini sejauh yang tertangkap oleh petugas. Diyakini masih banyak importir hortikultura lainnya yang tidak sempat terdeteksi oleh petugas yang pada akhirnya masuk ke berbagai pasar di Indonesia,” papar Deddy.

Produk-produk holtikultura bermasalah itu antara lain sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan seperti apel, jeruk dan sebagainya. Selain membahayakan konsumen karena mengandung zat kimia, efek lain yang ditimbulkan antara lain merugikan produsen di Indonesia. “Di beberapa daerah di Jawa Barat, banyak petani yang gagal panen karena adanya organisme pengganggu tanaman yang tidak pernah ditemukan sebelumnya dan diduga kuat berasal dari hasil impor produk tersebut,” duga Deddy.

Bila hasil pemeriksaan terindikasi ada importir yang nakal dan sengaja memasukan organisme pengganggu tanaman, maka pemerintah, kata Deddy, akan mengambil tindakan tegas termasuk mencabut izin impornya. Modus lain importir adalah dengan sengaja mendatangkan produk menjelang musim panen dan sengaja dilempar ke pasar dengan harga jual yang sangat rendah.

“Mereka memang sengaja mendatangkan produk jelang panen beberapa kontainer dan langsung lepas ke pasar dengan harga murah. Dengan melihat harga murah, maka produen Indonesia akan menjual dengan harga lebih murah lagi. Kesempatan itulah dimanfaat oleh importir dengan membeli harga murah dan kemudian dijualnya dengan tinggi,” tutup Deddy. BOB-MB