Pembukaan Utsawa merdangga Gong Kebyar Wanita, Sekeha Gong tampilkan Tari Khas Buleleng
Buleleng (Metrobali.com)-
Penari yang bersedia menarikan tari palawakya di Buleleng semakin langka. Tak heran jika lama kelamaan tarian ini terancam punah. Padahal tarian ini lahir di Buleleng dan diciptakan di Kabupaten Buleleng. Seolah ingin berusaha mencari bibit-bibit pragina tari palawakya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Buleleng mewajibkan seluruh sekaa gong wanita peserta Utsawa Merdhangga Gong Kebyar Wanita, membawakan tari palawakya sebagai tarian wajib.
Utsawa Merdhangga Gong Kebyar Wanita sendiri dimulai sejak Selasa malam (22/11) di Panggung Terbuka Eks Pelabuhan Buleleng. Kompetisi seni tradisi paling bergengsi itu dilangsungkan hingga Sabtu (26/11) mendatang, dengan melibatkan sembilan sekaa gong wanita, ditambah satu sekaa gong wanita sebagai pendamping.
Pada hari pertama Selasa malam lalu, sekaa gong wanita perwakilan Kecamatan Sukasada dan Kecamatan Busungbiu, saling berhadapan. Kecamatan Sukasada diwakili Sekaa Gong Kebyar Wanita Dyana Kusuma Desa Pancasari. Sementara Kecamatan Busungbiu diwakili Sekaa Gong Kebyar Wanita Genta Suara Budaya Desa Umajero.
Sekaa Gong Dyana Kusuma membawakan dua tabuh kreasi yakni Tabuh Telu Batur Sari, Tabuh Kreasi Karang Anyar. Mereka juga membawakan tari kreasi Pradwala Nilayam serta tari wajib yakni Tari Palawakya. Sedangkan Sekaa Gong Genta Suara Budaya membawakan Tabuh Kreasi Gambang Suling dan Tabuh Kumbang Atarung, Tari Gabor, dan tari wajib Tari Palawakya.
Kepala Seksi Kesenian Disbudpar Buleleng, Wayan Sujana mengungkapkan, tari palawakya memang dikenal sebagai tarian yang rumit. Butuh seniman serba bisa yang memang memiliki keinginan kuat untuk mempelajari tari tersebut. Lantaran untuk menarikan tari palawakya, seorang pragina harus gemulai menari, andal menabuh, juga bisa menyanyikan kidung. Karena tingkat kesulitannya yang tinggi, amat sedikit generasi muda yang mau mempelajari tari tersebut.
“Karena tingkat kesulitannya yang tinggi itu, makanya tari palawakya mulai ditinggalkan. Kami khawatir lama kelamaan tari ini malah punah. Makanya kami wajibkan dalam utsawa kali ini, sehingga bisa tetap dilestarikan,” kata Sujana.
Sujana menambahkan, lewat utsawa kali ini, artinya ada sepuluh orang penari palawakya yang lahir, karena “terpaksa” mempelajari tari palawakya menjelang lomba. “Memang hasilnya belum optimal. Tapi setidaknya ada yang bisa, ada yang tahu, sehingga tidak benar-benar punah. Misi utamanya kan pelestarian, jangan sampai hilang,” imbuhnya.
Sekkab Buleleng Dewa Ketut Puspaka mengungkapkan, Utsawa Merdangga bukan hanya sekadar kompetisi belaka. Utsawa Merdangga juga diharapkan menjadi ajang untuk pembinaan, pemerataan, serta pelestarian seni yang ada di Buleleng. RED-MB
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.