Foto: Pembina Yayasan Bakti Pertiwi Jati (YBPJ), Komang Gede Subudi, seorang penekun penyelamat heritage yang di komunitasnya akrab disapa Jro Gede Agung Subudi.

Denpasar (Metrobali.com)-

Upaya Gubernur Bali Wayan Koster menjaga dan melestarikan peradaban Bali dengan menguatkan eksistensi aksara Bali dan semakin memperkenalkannya tidak hanya kepada masyarakat Bali dan Indonesia tetapi juga kepada masyarakat dunia menjadi bagian penting dan tak terlupakan dalam sejarah peradaban Bali itu sendiri.

Komitmen nyata itu ditunjukkan Gubernur Koster salah satunya dengan pertama kali dalam sejarah dan pertama kali di Indonesia, Aksara Bali sebagai salah satu aksara asli nusantara ditransformasikan ke dalam bentuk digital dengan menggunakan media berupa Papan Ketik (Keyboard) Aksara Bali, yang diluncurkan oleh Gubernur Bali, Wayan Koster, bertepatan dengan Hari Suci Tumpek Landep, Sabtu (Saniscara Kliwon, Landep), 11 September 2021 di Gedung Gajah, Jaya Sabha, Denpasar.

Kehadiran Keyboard Aksara Bali ini diapresiasi dan disambut antusias para pecinta akasara Bali dan pelestari situs ritus Bali. Salah satunya apresiasi datang dari Yayasan Bakti Pertiwi Jati (YBPJ), yayasan yang bergerak pada pelestarian situs ritus Bali.

“Ini salah satu yang kami tunggu-tunggu sebagai Pembina Yayasan Bakti Pertiwi Jati yang bergerak di penyelematan situs ritus. Aksara Bali merupakan salah satu ritus asli nusantara yang harus dilestarikan untuk menjaga peradaban Bali,. Ini adalah langkah brilian Pak Gubernur menjaga dan melestarikan peradaban Bali,” kata Pembina Yayasan Bakti Pertiwi Jati (YBPJ), Komang Gede Subudi di Denpasar, Senin (13/9/2021).

Peradaban Bali bertumpu kepada aksara, mantra dan sastra. Aksara dan mantra menjadi titik pusat dari ritus-ritus religius Bali, sedangkan sastra merupakan mata air yang tidak pernah kering bagi penciptaan berbagai bentuk kesenian Bali.

Karena itulah, peran penting kesusastraan tidak hanya terletak pada kemampuannya untuk menjadi media untuk mengekspresikan keindahan, tetapi juga pada kemampuannya untuk menjadi media untuk merekam, menyimpan, serta menyebarluaskan nilai-nilai luhur, ajaran-ajaran moral, serta kearifan lokal yang menjadi tuntunan penting dalam perjalanan manusia Bali untuk menjadi manusia yang lebih baik.

“Ritus aksara Bali sangat indah dan punya makna mendalam. Aksara Bali ini adalah bagian peradaban kita yang wajib diangkat oleh pemimpin kita agar kita eling (ingat) bahwa kita punya ritus luar biasa yang perlu dilestarikan dan diperkenalkan kepada masyarakat ramai bahkan masyarakat dunia,” ujar Subudi yang seorang penekun penyelamat heritage dan di komunitasnya akrab disapa Jro Gede Agung Subudi ini.

Dikatakan hadirnya keyboard aksara Bali ini adalah bukti nyata upaya dan komitmen serius serta berkelanjutan dan visioner dari seorang Gubernur Koster untuk tidak hanya melestarikan ritus aksara Bali tapi menggaungkan dan memperkenalkannya di mata dunia sebagai bagian menjaga keabadian dan kelestarian peradaban Bali agar terus eksis dan bisa dinikmati sepanjang masa dan sejarah peradaban umat manusia.

Aksara Bali menjadi bagian promosi Bali di internasional. Gubernur Koster sudah mempromosikan aksara Bali ke dunia luar dengan penggunaan tulisan aksara Bali di kantor-kantor instansi pemerintahan dan swasta di Bali termasuk di pintu-pintu masuk Bali seperti Bandara Internasional Ngurah Rai dan Pelabuhan Benoa.

“Upaya Gubernur perlu kita dorong respon positif dan secara  aktif ikut menggaungkan ini. Tidak cukup hanya Gubernur dan Wakil Gubernur yang menggaungkan ini,” ungkap Subudi yang juga Ketua Umum Badan Independen Pemantau Pembangunan dan Lingkungan Hidup (BIPPLH) Bali ini.

Subudi meyakini aksara dan sastra Bali adalah sastra yang sejajar dengan sastra dunia internasional. “Kalau sastra kita sudah sejajar dengan dunia internasional maka kita adalah bangsa yang sejajar dengan bangsa-bangsa internasional, kita layak bergaul di dunia internasional,” katanya.

Keyboard aksara Bali ini diyakini mampu mendorong generasi muda Bali lebih mengenal dan mencintai aksara dan sastra daerahnya sendiri. Sebab akan menjadi sesuatu yang menarik pengenalan aksara Bali dengan pendekatan teknologi dan digitalisasi.

“Ada slogan tak kenal maka tak sayang. Disinilah kita perlu perkenalkan bahwa kita punya aksara dan sastra Bali yang bernilai tinggi. Kita punya tulisan-tulisan adiluhung yang mampu menunjukkan jati diri bangsa kita, jati diri Bali. Untuk itu kita harus perkenalkan ke generasi muda. Kalau mereka tidak kenal bagaimana mereka sayang,” urai Subudi.

“Jadi hadirnya keyboard aksara Bali ini momentumnya, agar generasi muda mencintai pelan-pelan aksara dan sastra sebagai bagian peradaban Bali. Sebab peradaban bangsa diukur dalam kedalaman sastra bangsa itu sendiri,” pungkas Subudi. (dan)